Bagian Tujuh : Bahagiamu, Lukaku

67 4 3
                                    

Aku mencoba mengumpulkan kekutan untuk pergi ke rumah Mila. Sungguh aku sangat merindukan Ilham. Sudah pekan aku tak bertemu dengannya.

"Mama" Ucap ilham berteriak ketika melihat kedatanganku. Ia langsung berlari memeluk diriku. Aku pun juga langsung membalas pelukannya. Sungguh sangat rindu padanya.

"Mama ke mana saja, ngga pernah datang lagi" Ucapnya melihatku. Mukanya terlihat cemberut ketika mengatak protes kepadaku.

Aku yang melihatnya begitu menggemaskan tak tahan untuk mencubit pipinya. Aku sangat menyukai struktur wajah ilham. Aku seperti melihat Mas Rian di hadapanku. Mereka benar-bernar terlihat mirip. Ilham adalah versi kecil dari Mas Rian. Aku begitu menyayangi bagian dari suamiku ini.

"Maafkan mama yang baru bisa datang ya sayang, nanti mama belikan mainan baru ya" Ucapku mencoba merayunya. Ia terlihat tersenyum dan ceria medengar perkataan ku. Aku sangat tahu membuat ia bahagia. Ia sangat suka membeli berbagai macam permainan. Dan aku tak akan bisa menolak apa yang ia inginkan.

"Kakak jangan terlalu memanjakan dia, nanti dia kelewatan kak, nanti kakak repot" Ucapnya Mila yang datang dari arah dapur.

Aku memperhatikan Mila yang terlihat tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat begitu pucat dan tanpa binar.

"Kamu sakit Mila?" Tanyaku padanya. Ia benar-benar terlihat pucat dan lemas.

"Aku ngga papa kak, mungkin aku hanya kelelahan" Ucapnya mencoba menenangkanku.

Aku yang tak ingin memaksanya hanya bisa menganggukan kepala. Aku tak ingin terlalu memaksanya untuk bercerita.

Aku akhirnya melanjutkan acara bermainku bersama Ilham. Menemaninya seperti ini membuatku berangan, Andai aku memiliki buah hati. Rasanya pasti akan sangat membahagiakan.

Mengingatnya membuatku dilanda kesedihan. Apakah aku tak bisa memberikan mas Rian kebahagiaan.

Kenyataan ini membuat rasa sakit itu kembali. Sungguh aku merasakan iri dengan kelebihan Mila. Ia bisa memberikan Mas Rian keturunan. Dan aku tak bisa melakukannya.

****

Ilham terlihat pulas dalam tidurnya. Aku terus memperhatikan wajahnya yang siang inj tidur terlelap. Sungguh ia merupakan replika mini Mas Rian. Ketika tertidur pun mereka sangat terlihat mirip. Gaya tidur mereka benar-benar mirip.

Aku membayangkan , pasti Mas Rian sangat mencintai ilham. Anak yang sangat ia inginkan. Apalagi ilham anak yang sangat menggemaskan. Aku pun langsung jatuh hati padanya.

Puas memandang wajah ilham, ku rapikan selimutnya. Ia benar-benar tidak terganggu sama sekali. Sama dengan Mas Rian yang jika telah tidur tak akan terganggu dengan suara-suara di sekitarnya. Akan pulas sampai waktunya ia memang biasa terbangun.

Setelah ku selesai mengatur ranjang ilham agar ia tertidur dengan nyenyak. Aku memutuskan untuk keluar. Aku ingat Mila mengatakan akan membuat kue.

Hal itu membuat Aku semakin menyadari, Mila memiliki banyak kelebihan yang tak ku miliki. Ia merupakan wanita yang serba bisa. Bahkan masakannya pun sangat lezat. Ia pandai dalam segala hal.

Sedangkan aku selain tak bisa memberikan keturunan kepada Mas Rian, aku sama sekali tak bisa memasak. Bahkan sampai sekarang tak pernah berhasil belajar, hingg akhirnya memutuskan untuk menyerah. Dan Mas Rian tak pernah mem permasalahkannya.

"Ngga apa-apa sayang, kamu tidak harus bisa memasak, kita beli saja, yang penting aku selalu ditemani makan olehmu, aku sudah bahagia" Ucapnya setiap kali aku gagal dalam mencoba memasak sesuatu.

Namun semenjak dia memeiliki Mila, aku semakin merasa berkecil hati, sunggu aku menjadi sering membadingkan diriku dengannya. Mila menguasai berbagai keahlian. Sedangkan aku tidak. Rasanya sangat tidak nyaman dan menimbulkan rasanya nyeri di dalam hatiku. Rasanya benar-benar terluka.

"Kak Isa cobain Kuenya, menurutku ini beda dari yang selalu ku buat" Ucapnya menghidangkan kue di depanku. Ia terlihat puas dengan hasil karyanya.

Aku yang Melihat tampilan kue nya sangat yakin rasanya pasti sangatlah lezat. Mila memang tak pernah gagal dalam membuat kue. Berbeda sekali dengan diriku. Tanpa sadar aku kembali membandingkan semua yang ada pada diri kami.

" Kakak terlalu memanjakan Ilham, nanti dia jadi manja kakak terus membelikan mainan untuknya" Ucapnya protes kembali, ia memandangku dengan muka cemberut.

Mila memang melarangku untuk terlalu memanjakan Ilham, namun aku tak bisa menahan untuk tak memberikan apa yang anak itu inginkan. Karena itu membuatku bahagia.

"Ngga apa-apalag Mil, kakak juga senang melakukannya" Ucapku ceria. Aku sangat tahu Mila mungkin sungkan merepotkan aku. Ilhma akan meminta banyak hal jika aku mengatakan akan membelikan mainan. Dan aku senang melihat Ilham senang menerima pemberianku.

"Semoga kakak cepat diberikan keturunan ya, aku tak sabar melihat kakak mengandung"

Ucapnya memandangku dengan penuh harap. Aku sangat tahu ia tulus mendoakan untukku. Aku sempat cerita padanya bahwa aku sudah menikah dan belum diberikan keturunan hingga saat ini.

"Iyaa semoga yaa.." Ucapku tak yakin. Aku menerawang mengingat semuanya, rasanya sulit memiliki keturunan saat ini. Aku tak bisa berharap lagi.

"Ohhh ya kak ada yang ingin ku kasih tahu ke kakak" Ucapnya berbinar, ia terlihat mengambil sesuatu dari saku dress yang ia gunakan.

Aku yang melihat apa yang ia tunjukkan langsung tertegun. Aku begitu terkejut dengan yang Milla katakan.

"Aku hamil anak kedua kak, Ilham Akan memiliki adik" Ucapnya dengan ceria, ia terlihat menunjukkan dua garis biru pada test pack.

Aku yang mendengarnya langsung merasakan tusukan sakit pada hatiku. Rasanya sungguh menyakitkan. Suami ku akan memiliki anak kembali dengan wanita lain.

"Kamu hamil lagi?" Ucapku tercekat.

.

.

Jangan Lupa Like dan Comment ya, Thankssss

Cerita ini terdiri dari 15 bagian dan satu extra part

MENCINTAIMU (END)Where stories live. Discover now