LOVE

146 19 21
                                    

"So I close my eyes, agar aku dapat melihat mu.. sir"

Elizabeth masih menutup matanya. Ia tau Turpin menatap dirinya dengan penuh kegembiraan yang tak dapat terbendung, gadis itu mengampuninya, memaafkan kesalahannya yang ia perbuat, meskipun ia memutuskan hukum cambuk untuknya agar dirinya dapat menyelamatkan hidup gadis itu. "Please open your eyes, I want to see my ocean"

Pria itu yang sepersekian dekatnya, Menatapnya penuh dengan kehangatan, melepaskan semua sisi aura pekat penuh kekejamannya. Ia membelai wajah gadis itu yang masih tersisa bekas luka yang mulai pulih. "Kau memaafkanku?"

"Kau melakukan ini untuk melindungi ku, dan melepaskanku dari hukum yang selama ini selalu menyalahkan orang yang tak bersalah sir" Turpin hanya mengangguk perlahan. "Maafkan aku, izinkan aku menebus kesalahanku padamu Elizabeth"

Keduanya saling berpanggutan, saling menyambut, saling memaafkan satu sama lain mengizinkan kesempatan itu untuk datang membawa keduanya hingga panggutan dan kehangatan itu menciptakan rekah yang baru.

Mengantarkan keduanya pada balutan lembut yang indah, hiasan bunga di sepanjang jalan, lingkar kemurnian di masing-masing jari manis tangan mereka, memberikan petunjuk baru keduanya untuk menjalani hidup. Seakan terlahir kembali, berusaha menjadi yang terbaik untuk Elizabeth, sang kekasih.

Menikahi Johanna? Oh.. keinginan itu sudah tidak ada lagi, Elizabeth sudahlah sempurna untuknya. Ia bisa melakukan segalanya, membantunya menyelesaikan berbagai hal bahkan kekacauan hatinya pun bisa di tenangkan dengan senyum lembut dan tatapan halus sehangat hembusan angin laut.

Elizabeth merubahnya menjadi pribadi yang lebih baik.

Turpin merasa seperti pujangga, ia ingin selalu memuji objek nya, ingin menunjukkan kepada semua orang di dunia bahwa Elizabeth nya sempurna bak Dewi Yunani. "My angel.."

"Yes, sir"

"Bisa kah kau tak memanggilku dengan sebutan itu lagi?" Turpin mendekati wanitanya yang sedang terbuai dengan buku di sofa ruang kerjanya. "Aku masih belum bisa memanggilmu dengan sebutan lain sir. Apa aku harus memanggilmu.. my lord, Judge Turpin or.. my.. love?"

Turpin tersenyum, lebih jelasnya ia tersipu. Gadis desa itu menggodanya, sangat menggemaskan, tapi masih sangat sopan. "Good, panggil aku your love mulai sekarang"

Turpin lanjut mendalami perkamen dan lembar permasalahan dari persidangan yang ia bawa pulang untuk di lanjutkan di rumah. "Aku hanya bercanda.."

"Kau sudah menjadi istriku Elizabeth, apa kau lupa?" Elizabeth menjadi gagu, ia ingin menjelaskan bahwa maksudnya tadi hanyalah untuk meledeknya saja. Sampai saat ini ia masih takut terhadap Turpin, ia masih sering terbayang betapa mengerikan nya ia di ruang persidangan.

Turpin melepaskan semua kewajibannya, ia melangkah perlahan tapi mantap mendekati sang istri. Detak jantung Elizabeth berbunyi keras, suasana ruangan yang hening karena sudah larut malam. Rumah Turpin sudah sepi. "Johanna pasti sudah tidur ya?" Batin Elizabeth berusaha memutar otak.

Turpin mendekatkan wajahnya kepada wanita di hadapannya itu. "Kau pikir itu tadi bercanda, Lizzy?"

Glup..

Elizabeth mengangguk cepat. "Bagaimana jika aku menganggapnya serius?" Salah satu alisnya meninggi, melemparkan senyuman licik menunjukkan kemenangannya. "Aku masih belum bisa memanggilmu begitu sir"

"Kenapa?"

"Apa karena kita.. terpaut jauh"

"29 tahun, right?"

Elizabeth mengangguk dengan mantap. Ia masih merasa rikuh, Turpin seharusnya menjadi ayahnya dan bukanlah suaminya. Tapi.. bukankah pada era mereka pernikahan yang usianya terpaut jauh seperti itu adalah hal lumrah. Bahkan pria tua kolot dan kaya raya bisa memilih gadis seperti apa yang ia nikahi dengan mahar yang luar biasa besar. Wanita seperti sebuah perhiasan untuk para lelaki pada masanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LAW & LOVE • JUDGE TURPINWhere stories live. Discover now