Wattpad Original
There are 4 more free parts

Bab 1: Malam Itu

29.1K 447 14
                                    


⚠: Cerita ini mengandung referensi kekerasan domestik.

Musik menerjang keluar melalui pengeras suara, berdenyut keras sebagai latar. Tubuh saling bergerak mengikuti irama. Gumpalan kecil kulit berkilau pada nyala lampu neon saat orang-orang saling bergesekkan di dalam kelab yang dompak.

Di tengah semuanya adalah gadis bergaun pendek ketat berpayet hijau. Tidak menyadari berbagai pasang mata menatap dengan gairah setiap gerakannya, dia menari dengan matanya yang tertutup, merasakan setiap gerakan seperti kerasukan. Ia berdansa dari sisi ke sisi, rambut hitam panjangnya menunjukkan hanya sebagian wajahnya.

Jika ada tuhan di luar sana, tolong buat aku lupa, dia berteriak dalam keheningan untuk menenggelamkan suara-suara dalam kepalanya. Dan ketika kerumunan bersorak karena lagu populer mulai mengalun, Suki ikut berteriak bersama mereka.

Awalnya, dia merenungkan untuk menenggelamkan dukanya dengan minuman, tetapi ketika dia menuju bar, aroma alkohol membawa kembali ingatan buruk. Menahan keinginan untuk muntah, dia menutup hidungnya dan berpaling. Dia sadar bahwa dia tidak bisa menyentuh minuman itu, tidak setelah apa yang dilakukan minuman itu pada keluarganya. Jadi, dia alih-alih pergi ke lantai dansa, mencari kenyamanan dalam keadaan tidak dikenal, hanya salah satu dari ratusan tubuh di keramaian.

Berhenti memikirkan itu, Suki. Kamu ada di sini untuk melupakannya, dia memperingati dirinya sendiri saat dia membiarkan musik tekno menjernihkan pikirannya.

Sebuah tangan menyusup ke sekeliling pinggangnya, memaksa matanya untuk langsung terbuka. Di hadapannya adalah lirikan mata dari seorang predator. Itu adalah tipe pria yang paling dia benci: berpakaian mahal, berbau seperti botol parfum, rokok, dan alkohol, dan ekspresi yang mengatakan dia berhak atas semua wanita di kelab ini hanya karena dia pria yang memiliki uang.

"Apa yang kamu pikir sedang kamu lakukan?" Gadis itu marah padanya.

"Apa yang kelihatannya sedang aku lakukan, sayang? Bukankah kamu menyukainya?"

"Jauhkan tanganmu dariku." Kata-kata itu memaksa keluar dari mulutnya.

"Apa masalahnya? Dengan caramu berdansa, kamu dengan jelas meminta ini."

Dia merasakan sebuah tangan meremas bagian belakang tubuhnya. Tanpa mengatakan satu patah kata pun, dia menendang selangkangan pria itu dengan lututnya. Pria itu melolong, tubuhnya membungkuk seperti pohon yang ditebang menggunakan kampak. Sebelum dia dapat melakukan apa pun, dia mendorong diri melewati kerumunan menuju pintu.

"Apa-apaan?" Dia mendengar pria itu berteriak, tapi tidak berbalik. Namun, dia fokus berjalan menuju tangga yang mengarah ke pintu.

"Aku hanya ingin satu malam," gerutunya melalui gigi yang terkatup. Sebelum dia sampai di bawah, dia mendapati rambutnya dijambak. Dengan dentingan, dia terjengkang dan menabrak selusur tangga. Besi yang dingin menyengat telapak tangannya saat Suki mencoba menstabilkan tubuhnya. Seribu jarum seperti menusuk kepalanya, tapi dia tidak membiarkan rasa sakitnya terlihat. Justru, dia menatap lurus ke arah pria itu. Rasa sakit ini tidak ada apa-apanya.

"Aku kira aku tidak menendangmu cukup keras," geramnya.

Pria itu mengeraskan kepalan tangannya, tapi dia terus menatap lurus ke arahnya.

"Kamu sungguh akan mendapatkannya hari ini," ujarnya dengan senyum yang mengancam. Seakan bergerak dengan gerakan lambat, pria itu mengangkat tangannya. Dia tahu apa yang akan dilakukan pria itu.

Pemandangan atas kepalan tangan pria itu membuat kulitnya merinding. Itu adalah tanda kehororan yang familier, yang dulu biasa ia temui sehari-hari. Kenangan yang sudah ia kubur jauh di dalam pikiran kembali muncul di depan matanya. Tak kuasa dengan serangan memori-memori itu, ia menutup mata dan membiarkan dirinya mengingat.

Kamar Untuk Cinta Pura-pura KuWhere stories live. Discover now