Wattpad Original
There is 1 more free part

Bab 4: Proposal

4.5K 155 0
                                    


Setelah mandi dengan singkat, Suki memutuskan untuk meminjam kaus Devin sedikit lebih lama karena dia hanya punya gaun pendek yang dia kenakan saat ke kelab. Sebuah kaus kebesaran dengan nama universitas ternama dicetak di bagian dada. Ujung kaus tersebut menyentuh puncak lututnya, jadi dia itu lumayan pantas untuk dipakai.

Lalu, dia berjalan menuju ruang makan. Devin berkata ia membuatkan gadis itu sarapan. Hal itu membuatnya penasaran. Sepanjang yang ia tahu, pria tidak memasak atau paling tidak ayahnya.

Seringai muncul di bibirnya ketika dia melihat piring di meja dengan seiris alpukat panggang dan telur telur rebus di atasnya. Ada juga semangkuk buah segar. Bukan tipe sarapan yang dia pikir akan pria buat. Itu membuatnya senang karena menunjukkan padanya bahwa tidak semua pria bersikap seperti yang diketahui orang-orang.

Seperti yang ia katakan, juga ada iPad dengan pesan tempel yang berkata,

Gunakan aku. Aku tidak memiliki kata sandi. :)

P.S. Ambil saja yang kamu inginkan dari dalam kulkas.

- D.

Suki mengambil segelas air dari dispenser dan duduk di kursi makan. Di sana, dia sekali lagi dimanjakan oleh pemandangan kota. Di pagi hari, kilatan cahaya matahari saat memantul dari pencakar langit tinggi telah mengganti lampu kecil berkelip dari tadi malam. Semuanya terasa berkilau pada latar langit biru dan awan putih yang ringan.

Dia memberi diri sendiri kata penyemangat saat menggigit buah dan mulai bekerja dengan iPad itu. "Tentunya tidak akan ada yang salah dengan hari seperti ini."

Pertama, dia mengambil simpanan uangnya. Dia memiliki tabungan dari pekerjaannya, tapi kebanyakan dari itu sudah digunakan untuk membayar sewa ruang kremasi orang tuanya. Air mata muncul di sudut matanya, tapi dia tidak membiarkan mereka jatuh. Sekarang, tidak ada waktu untuk sentimentalitas. Dia kembali ke iPad dan mulai mencari apartemen secara online.

Setelah mencari melalui berbagai laman web, dia menemukan satu-satunya cara dia bisa membayar sewa adalah dengan berbagi kamar dengan orang lain yang berada jauh dari pusat kota. Itu berarti perjalanan satu jam dan tiga puluh menit dengan kendaraan umum untuk kerja, begitu pula untuk pulang.

"Itu perjalanan yang panjang," gerutunya. Tapi pilihan lain apa yang dia punya?

Dia menemukan sebuah catatan di samping kulkas dan menuliskan daftar yang menjadi perhatiannya. Dia juga perlu membeli ponsel yang lebih murah untuk membuat pertemuan dan menggunakannya untuk kerja. Suki menggeram lagi dan meletakkan kepalanya di meja, bertanya-tanya jika memiliki cukup uang untuk makan hingga akhir bulan.

"Woah! Seperti kamu memiliki beban dunia di pundakmu."

Suki membalikkan tubuhnya dengan cepat pada suara Devin yang tiba-tiba didengar, dia harus berpegangan pada meja untuk menjaga keseimbangannya. Terlalu terpaku dalam pikirannya sendiri, dia tidak mendengar Devin datang.

"Oh! Kamu kembali," ujarnya saat dia bergegas untuk membersihkan peralatan makan kotor di meja. "Maaf, aku tidak sadar sudah satu jam berlalu. Aku akan segera membersihkan ini."

Devin berjalan ke arahnya dan mengambil peralatan makan dari tangannya. "Jangan khawatir, tenang! Lakukan saja yang sedang kamu kerjakan dan aku akan mengurus ini."

"Tapi kamu sudah membuatkanku sarapan. Terasa benar jika aku yang mencuci piring," ujar Suki saat dia mengikuti pria itu ke dapur.

"Kita bisa membiarkan mesin pencuci piring bekerja, oke?" Dia membersihkan sisa makanan lalu memasukkan peralatan makan ke dalam mesin cuci piring. "Lihat? Selesai."

Kamar Untuk Cinta Pura-pura KuWhere stories live. Discover now