17 - BURUK

303 60 6
                                    

(Italic = Flashback)

.

17 - BURUK

Dahyun tersenyum dan sedikit terkekeh kala menatap Sana yang kini sedang sibuk dikerubungi oleh anak-anak yang sangat antusias belajar bersamanya. 

Senyum puas ia berikan sebelum kembali melanjutkan kegiatannya membersihkan sekitar panti itu.

.

"Hahh~ hah~" Napas Sana terdengar berat dan memburu kini ia sudah berada di luar ruangan setelah menyelesaikan tugas belajar bersama anak-anak. Berbaring lelah memejamkan mata di salah satu kursi panjang di taman panti itu.

"Gomawo-yeo Sana-ssi" Suara lembut itu membuat Sana kembali duduk, menegakkan tubuhnya bersikap seperti tidak kelelahan. 

Sana tersenyum lebar, lalu menggeleng. "Bukan masalah besar" Ucapnya santai. Lalu menepuk sisi sebelahnya meminta gadis manis itu untuk duduk. 

Namun Dahyun malah melempar pelan sebuah roti padanya membuat Sana sedikit terkejut untuk aksi yang tiba-tiba itu. 

"Makanlah, lapar atau tidak kau harus memakannya" Ucap Dahyun memperingat Sana. 

Sana pun mengangguk, setelah itu Dahyun pun kembali berjalan meninggalkannya masuk ke dalam.

Tubuhnya kembali ditidurkan di kursi, seraya jemarinya membuka bungkus roti yang Dahyun beri. "Mashita" Gumamnya setelah berhasil menggigit roti berisi selai kacang itu seraya menatapi pohon rindang di atasnya.

"Kkamjaggya!" Seru Sana ketika ia melihat seorang anak kecil yang sudah ada semeter di dekatnya, menatapnya seraya menelan ludahnya.

Sana pun terduduk. "Annyeong?" Sapa Sana melambaikan tangannya. 

Anak itu terlihat tersenyum pada Sana sebentar lalu kembali menatap roti yang ada pada tangan Sana seraya menelan ludahnya kasar.

Sana pun menatap anak itu dan rotinya bergantian. "Kau ingin ini?" Tanya Sana menunjuk roti di tangannya. Anak itu pun mengangguk antusias.

Senyum cerah Sana tercipta. Ia bergerak membelah roti itu menjadi dua. "Ambilah" Ucapnya menyerahkan potongan itu padanya. 

.

Di lain tempat, terlihat Dahyun sedang melipat selimut-selimut yang ada di ruangan kesehatan panti. 

Dengan samar ia mendengar suara langkah kaki yang tergesa yang semakin lama semakin mendekat.

Tak lama terlihatlah Sana dengan keringat yang bercucuran sedang menggendong anak gadis kecil di depannya. 

"D-Dahyun-ah, anak ini b-bersikap a-aneh.." Ucap Sana terbata. Anak kecil dalam gendongan Sana terlihat pucat dan sedikit kesulitan dalam bernapas.

"Baringkan di sini" Ucap Dahyun. 

Sana segera membaringkannya dengan hati-hati. "Apa ia memakan sesuatu?" Tanya Dahyun seraya melepas kancing baju pada anak itu.

Anggukan ragu Sana beri. "N-nee" Jawab Sana.

"R-roti, aku memberinya roti tadi" Lanjutnya dengan suara bergetar.

Dahyun menghela napasnya pelan lalu mengangguk mengerti. "Anak ini memiliki alergi khusus yang membuatnya tidak bisa memakan makanan semacam itu" Jelas Dahyun.

Mendengar itu seraya matanya kosong menatap anak gadis yang terlihat pucat dan lemah itu, seketika memorinya terputar kembali pada memori lalunya. Jemarinya kini bergetar hebat seraya langkahnya yang mulai memundur perlahan.

"Sudah kubilang anak ini tak seharusnya di sini!!" 

Bentak seorang pria paruh baya yang sedang murka menunjuk dengan tongkatnya pada anak gadis kecil yang sedang menggigil memeluk tubuhnya sendiri.

"M-maafkan S-sana kek.. hiks.." Ucapnya terbata karena menggigil. 

Pria paruh baya yang dipanggil kakek olehnya langsung mendorong tubuh lemas Sana kecil dengan tongkatnya hingga membuatnya tersungkur. "Diam!!" Ucapnya membentak membuat tubuh Sana kecil terjengit terkejut.

Sana kecil terlihat basah kuyup karena telah dihukum oleh sang kakek, dengan kejam ia dikurung di dalam kamar mandi dengan shower yang terus menyala selama hampir satu jam. 

"Ayah!? Apa-apaan ini!" Suara pria lain terdengar. Pria itu terlihat masih memakai setelan formal miliknya dengan tas kerja yang ia jinjing.

"Urus dia" Ucap sang kakek pada para penjaganya. Dengan sigap mereka langsung membawa tubuh pria itu ke sebuah ruangan.

"A-ayah.. hiks.." Panggilnya seraya sesegukan menatap mata sang ayah yang juga menatapnya dengan tubuh yang ditarik paksa oleh para penjaga sang kakeknya.

"Sana??"

"Sana?"

"Sana???!" 

Tepukan di pundaknya membuat Sana terjengit. Tak terasa kedua pipinya kini sudah basah karena air matanya sendiri.

Dahyun terlihat menatap dalam mata Sana yang kini memerah karena air mata itu. Ia mengerti ada yang tidak beres dengan Sana saat ini. Namun ia harus membantu anak kecil itu lebih dulu.

"Aku akan memanggil penjaga panti dan mengambil minum dulu" Ucap Dahyun.

"A-aku saja!" Tahan Sana memegang lengan Dahyun.

Dengan perlahan Dahyun mengusap pelan jemari Sana di lengannya. "Gwenchana" Ucap Dahyun kembut dengan senyuman kecilnya. Lalu berlalu meninggalkan ruangan itu.

.

7.00 PM

Sunyi. Keduanya tak membuat suara apa pun.

Hanya suara mesin mobil bus saja yang memenuhi gendang telinga mereka. Berbeda dengan gendang telinga yang dipenuhi oleh suara mesin bus, pikiran mereka juga penuh. Dipenuhi dengan asumsi-asumsi dari yang baik hingga yang paling terburuk.

Sana menengok kala merasakan kepala gadis di sebelahnya bersender pada pundaknya.

Tak lama jemarinya digenggam lembut. 

"Sangat pas" Ucapnya pelan. 

Dahyun tersenyum penuh makna melihat kedua genggaman jemari mereka. 

.

.

.

.

Tbc.

"What's wrong with you, Sana?" - Dahyun

"What's wrong with you, Sana?" - Dahyun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tangerin' - SaiDa Fanfic (Slow update)Where stories live. Discover now