23 - BERONTAK

293 43 15
                                    

23 - BERONTAK

Pagi ini Dahyun terlihat sedang bersiap seraya berkaca mengamati lekuk tubuhnya yang terbalut dress yang hampir menutupi lututnya. 

Wewangian pun ia gunakan sebelum mengambil tas kecilnya untuk menemaninya kali ini.

Ia akan menuju ke salah satu tempat kerjanya selain toko buah miliknya, yaitu sebuah restoran.

Sebuah map cokelat berisi surat pengunduran diri miliknya ia serahkan pada sang atasan yang saat ini menatapnya kebingungan.

"Apa gaji yang kuberi kurang, Dahyun?" Tanyanya.

Memang hubungan keduanya bisa dibilang dekat, sang atasan sudah menganggap Dahyun seperti adiknya. Kala itu ia dengan senang hati merekrut Dahyun untuk kerja di restoran miliknya saat melihat Dahyun yang sedang kesusahan mencari kerja untuk membiayai rumah sakit sang eonni.

Anggap saja toko buah itu, hasil jeri payah yang Dahyun kumpulkan dari bekerja di restoran mewah ini.

Dahyun tersenyum lalu menggeleng pelan. "Itu sudah sangat cukup oppa, aku sangat berterima kasih padamu" Ucap Dahyun tulus.

"Ada apa?" Tanyanya khawatir.

Namun lagi-lagi Dahyun menggeleng. "Sebentar lagi aku akan menikah dan pindah ke tempat yang jauh dari sini" Jawab Dahyun tersenyum.

Membuat sang pemilik restoran ikut tersenyum, setidaknya tak ada yang harus ia khawatirkan lagi tentang gadis ini. "Syukurlah, aku turut senang mendengar itu" Ucapnya sebelum berdiri dan memberikan pelukan perpisahan untuk sang adik.

.

Di sinilah Dahyun berada. Di sebuah halte tepat di pinggir jalan menunggu datangnya bus untuk menuju ke toko buah miliknya.

Pagi tadi mereka berpisah dan Sana berjanji untuk menunggunya di halte yang berada di dekat kawasan toko buah Dahyun.

Bus pun datang, dengan hati-hati ia menaiki dan mengambil tempat yang cukup aman dan nyaman. Hingga bus pun kembali berjalan, ia menikmati perjalanan dengan senyuman hangat yang setia terpatri di wajahnya.

Brakkk!!!

Suara hantaman cukup keras terdengar ketika bus yang ia naiki sudah hampir sampai.

Semua penumpang terlihat terkejut dan ketakutan saat melihat ada beberapa pria berpakaian blazer serba hitam seraya memegang tongkat bisbol di tangannya.

"Mwoya ige.." Gumam Dahyun menunduk takut, seraya mencari celah untuk keluar dari bus itu.

Segera ia berjalan cepat menuju halte, namun tangannya pun ditarik.

"Berhenti kau! Seluruh pedagang yang aksi di kawasan ini harus ikut kami!" Ucap pria itu dengan bentakannya.

Dahyun pun menggeleng. "B-bukan, aku bukan bagian dari mereka!" Balasnya ketakutan.

"Kau banyak bicara!" Tongkat bisbol pun ia layangkan. Membuat Dahyun hanya bisa pasrah menutup mata degan kedua tangannya ketakutan.

Bughh!!! Bughh!!

Bukan Dahyun, ia tak merasa kesakitan sama sekali setelah pria itu melayangkan tongkatnya. Kali ini tubuhnya pun dipeluk erat.

"Gwenchana Dahyun-ah?" Tanyanya lembut.

"S-Sana?" Mendengar itu Dahyun membuka matanya, ia melihat pria tadi sudah terkapar lemas di jalanan.

"Kajja kita pergi dari sini secepatnya" Ucap Sana yang langsung menarik Dahyun menjauhi kawasan itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tangerin' - SaiDa Fanfic (Slow update)Where stories live. Discover now