Bagian Empat : Buah Hati

50 4 1
                                    

Aku akhirnya sampai di depan rumah itu. Aku belum memutuskan untuk keluar. Aku sibuk memandangi rumah di depanku ini. Disinilah kekasih hatiku menemukan rumahnya yang lain. Yang mungkin lebih membahagiakan ketika berada disisiku.

Aku mencoba mengatur perasaan kembali. Aku tak ingin perasaan iri dan cemburu ini mempengaruhi ku nanti. Aku disini untuk bertemu dengan bagian dari suamiku yang sangat aku kasihi. Rasanya sudah tak sabar juga bertemu dengannnya.

"Kamu harus Bisa Larissa" Batinku mencoba meyakinkan diri sendiri.

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kendaraan. Tidak seharusnya aku terlalu banyak berfikir.

Saat aku membuka pintu mobil. Aku dapat melihat seorang wanita yang keluar dari depan pintu rumah itu. Ia awalnya yang terlihat terkejut dengan keberadaanku, langsung menghampiri ku dan tersenyum menyambut kedatanganku.

" Kak Larissa sudah datang, mengapa tidak langsung mengetuk pintu kak" Ucapnya menghampiriku dengan membawa sebuh tas yang bisa kutebak mungkin berisi sampah yang akan dia buang di depan rumah. Mila sepagi ini memang sangat rajin. Ia merupakan ibu rumah tangg yang baik.

" Kak Larissa masuk aja ya, seperti biasa aku mau buang sampah ini dulu" Ujarnya kemudian melewatiku. Melangkah menuju tempat sampah yang ada tidak jauh dari depan rumah.

Aku melangkahkan kaki masuk kedalam rumah ini. Dapat ku lihat keadaan rumah yang sepi. Tidak ada tanda keberadaan dia.

"Ternyata dia masih belum bangun" Batinku tersenyum. Aku sudah tak sabar ingin betemu dengannya.

"Mbak ayo masuk. Sekalian sarapan disini ya, aku lagi mencoba menu baru, mbak pokoknya harus coba ya" Ucap Mila datang dari arah belakang. Ia menuntunku masuk ke area dapurnya.

Aku tertegun melihat sesuatu yang berada di atas meja. Dapat kulihat dua buah piring yang telah terpakai namun belum sempat dibereskan oleh tuan rumah. Rasa sakit dalam hatiku langsung ku rasakan. Aku sudah bisa menebak siapa yang telah makan disini tadinya.

Mila yang melihat arah pandang ku langsung membereskan semuanya.

"Maaf ya mbak Larissa. Tadi aku belum sempat bereskan semua nya setelah ayahnya ilham sarapan, jadi masih agak berantakan" Ucapnya buru-buru membersihkan semuanya.

Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum. Panggilan yang diberikan oleh Mila pada mas Rian terdengar sangat manis. Aku tersenyum miris di dalam hati. Mas Rian pasti sangat senang mendapat panggilan itu. Aku bisa membayangkan ekspresinya yang terlihat bahagia.

" Oh ya sampai lupa, aku habis mencoba beberapa masakan kesukaaan Mas Rian, kakak harus mencobanya" Ucapnya. Ia terlihat sibuk kesana kemari menyelesaikan semua kegiatannya.

Aku yang melihatnya hanya menatapnya dengan pandangan berkabut. Sungguh aku bahagian mendengar nada Mila yang sangat semangat membicarakan Mas Rian. Binar cinta pada matanya tak bisa ia sembunyikan jika menyebut nama Mas Rian.

" Mila kemanakah Ilham, aku tak melihatnya dari tadi" Ucapku mencoba bertanya padanya.

Mila yang mendengar pertanyaanku langsung menepuk keningnya.

"Ya Ampun kak, karena buru-buru aku lupa tadi berniat membangunkan Ilham, padahal Ilham harus segera berangkat ke sekolah" Ucapnya meringis, mungkin ia merutuki sifat pelupanya.

" Karena kamu terlihat sedang sibuk, boleh aku saja yanh membangunkan Ilham" Tanyaku dengan hati yang berharap pada Mila.

"Ya tentu boleh kak. Aku bahkan berterimakasih jika kakak mau membantuku mengurus Ilham" Ucapnya dengan rasa lega. Mungkin ia bingung bagaimana harus mengurus Ilham karena harus menyiapkan makanan untukkku, apalagi ia telah terlanjur menawarkan.

Aku akhirnya berjalan memasuki kamar yang sudah ku hafal letaknya. Perlahan aku mendorong puntu kamar hingga terbuka. Seperti biasanya aku selalu merasa gugup jika akan bertemu dengannya. Sama gugup dan berdebarnya betemu dengan Ayahnya Ilham.

Aku memperhatikan interior kamar yang dipenuhi dengan gambar spiderman. Ilham memang benar-benar sangat menyukai nya.

Aku menghampiri Ilham yang masih terliahat pulas dalam tidurnya di ranjangnya. Ku pandangi dia yang meruapakan bagian dari suamiku. Ia terliahat sangat Mirip dengan Mas Rian. Aku sangat menyukai wajah ini.

"Ilham" Bisikku mencoba membangunkannya. Aku pun juga membelai rambutnya yang tebal. Sama dengan rambutnya Mas Rian.

Terlihat ilham yang terusik dengan panggilanku. Ia perlahan membuka matanya dan terliahat ia masih memperhtikan sekitar. Hingga tatapannya mengarah pada diriku. Sedetik kemudian ia tersenyum lebar ke arahku, ia bangun dan langsung memeluk diriku

"Mama!!" Teriaknye dengan nada bahagia.


Deg...

Aku langsung membeku mendengarnya.

.

.

Jangan Lupa vote dan Comment ya, Thanksss

Cerita ini terdiri dari 15 bagian dan satu extra part

.


MENCINTAIMUWhere stories live. Discover now