Bab 1

253 1 0
                                    


Pernahkah kamu membaca sebuah buku yang pada lembaran awal ketikan ceritanya kamu sudah mengetahui alur kisah menyedihkan dan penuh luka yang akan dirasakan sang pemeran di dalam buku tersebut. Sebuah bayangan akhir kisah yang tidak bisa dicari celah baiknya langsung menyesakkan dadamu di beberapa lembar pertama, namun entah kenapa walaupun kamu sudah menerawang ending yang pastinya akan membuat mu kecewa, kamu tetap ingin melanjutkan membaca dan mendalami setiap luka dan harapan bahagia di dalam lembarnya.

Ini lembaran pertama ceritaku.

bunyi alarm terdengar sayup sayup dibalik bantal tidur, Abil masih enggan meninggalkan kasurnya, Jam di dinding menunjukkan pukul 07:00 pagi.

"Abil bangun nanti terlambat menjemput Mas Rasha" paksanya dalam hati sambil membalikkan badan berusaha mengumpulkan niat untuk melepaskan diri dari selimutnya, Abil mulai meraba letak telfon genggamnya berada dan mematikan alarm yang sedari tadi berbunyi sengau karna tertutup bantal.

Karakteristik selayaknya manusia biasa dengan perencanaan minim serta mengikuti setiap alur kehidupan yang berjalan dengan sendirinya merupakan definisi dari seorang Abilia Rashil. Sesederhana bangun pagi dan tidur malam yang sangat sulit dilakukan. Bukan tidak bisa bangun, ia hanya tidak ingin melewatkan nyamannya kasur di pagi hari, dan bukan tidak bisa tidur ia hanya belum ingin mengakhiri hari.

Setelah bersiap-siap Abil langsung bergegas ke bandara untuk menjemput Rasha Kakak laki-laki satu-satunya yang baru menyelesaikan perjalanan bisnis dari luar kota

" hei" sapa Rasha dari jarak dua meter sambil melambaikan tangan dan berjalan cepat kearah Abil

"kita baru berpisah satu bulan dan kulitmu sudah semakin gelap Abilia Rashil" ejek Rasha

Abil hanya tersenyum lebar memamerkan deretan giginya menanggapi gurauan sang kakak, Abil merupakan wanita 20 tahun yang memiliki kulit sawo matang, berambut hitam lurus sebahu, dengan tinggi badan 155 cm, tipikal wanita berwajah manis yang bisa terdeteksi apabila dilihat berkali-kali.

Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di salah satu caffee untuk melakukan rutinitas sarapan pagi, saat keduanya sedang sibuk menikmati sarapannya, tiba tiba seorang laki-laki menggunakan kemeja hitam menepuk pundak Rasha dan ikut bergabung di meja mereka.

"Sudah lama?" tanya laki-laki tersebut sambil tersenyum

Rasha yang masih menguyah mengangguk mengiyakan, "ayuk pesan kita harus segera bertemu Pak Wira jam 11:00",, Pembahasan biasa antara sesama laki-laki pebisnis

Abil yang sedang menyendokkan teh hangat kemulutnya mencoba tersenyum kepada teman kakaknya itu. Arsal, laki-laki berumur 32 tahun berparas tampan dan berambut ikal itu adalah orangnya, orang yang dikagumi Abil sejak pertama kali kakaknya mengenalkan rekan kerjanya 8 bulan yang lalu. Kekaguman nya muncul karna sifat penyayang dan dewasa yang terlihat di diri Arsal, tentu saja ia tidak mengenalnya sejauh itu. Segala hal baik yang dikagumi Abil berasal dari Analisa dan karangan dari dirinya sendiri. Tanpa latar belakang yang kuat dan daftar Pustaka yang menjamin, hal ni murni dipertanyakan keabsahannya apabila diceritakan kepada orang lain. Bukan, bukan cinta pandangan pertama tapi rasa kagum berdasarkan pendapat pribadi.

namun kekaguman itu ditutup rapat karna ia tau tipe wanita idaman Arsal adalah gadis yang berparas cantik dan berkulit putih, hal itu yang selalu ia dengar dari mulut kakaknya setiap kali mereka bergurau membicarakan seorang gadis untuk Arsal.

"Bil bagaima keputusan kamu?" tanya Rasha dengan wajah serius di ruang tamu rumah mereka

Abil yang sedang berpikir hanya terdiam dan tidak memberi jawaban, ini merupakan pertanyaan yang tidak pernah Abil bayangkan akan terjadi di dunia nyata, Arsal dan Neneknya datang meminang kerumah, Arsal hanya memiliki Neneknya saja orang tuanya telah lama meninggal, dia tumbuh bersama neneknya dan adik perempuannya yang berumur dua tahun lebih muda dari Abil.

Please give me happy endingWhere stories live. Discover now