Bab 3

87 1 0
                                    


"kak Arsal, kita akan tinggal disini?" tanya Abil, sekarang mereka berdua sudah berada di kamar Arsal.

"iya, kita akan tinggal disini" jawab Arsal yang tengah menatap layar handphonenya,,"oh iya kamu bisa tidur duluan aku akan keluar sebentar dengan Reyyan" ia tampak bergegas ingin pergi.

"eum kak, aku tidur dimana?" tanya Abil memastikan tempatnya, tempat tidur untuk seorang teman yang terjebak di kamar yang sama tepatnya

"kamu bisa tidur di Kasur, dimana lagi" jawab Arsal dengan wajah datarnya

"lalu kak Arsal?" tanya Abil yang masih sangat bingung dengan batasan kehidupannya sekarang ini

"dimana lagi kalau bukan dikasur," jawab Arsal mengernyitkan keningnya kemudian bergegas keluar kamar meninggalkan Abil yang masih kebingungan.

"APA? Dimana lagi?, ya dilantailah kan lu yang ngajak jadi temen gimanasih, Abil menggerutu kesal sambil memandangi pintu kamar, tentunya sudah tidak dapat didengar oleh Arsal yang baru saja meninggalkannya.

Arsal dan Reyyan sudah berada di sebuah caffee yang biasa mereka datangi dari dulu, ya mereka adalah teman masa kecil yang saling berbagi cerita, oh iya ada satu lagi pelengkap kehidupan pertemanan mereka yaitu Aira, sepupu perempuan satu-satunya yang sudah menjadi tuan putri diantara dua pangeran penjaga ini sejak mereka sama-sama menduduki bangku sekolah SD, ketiganya memiliki kesamaan latar belakang dan takdir keluarga, yaitu sedari kecil sudah ditinggal oleh orang tuanya dan tinggal bersama Nenek.

"Apa, gila terus dia setuju?" Reyyan membelalakkan matanya terkejut setelah mendengar cerita yang baru saja Arsal sampaikan

"iya, dia setuju", Arsal menjawab santai sambil menyeruput kopi pahitnya

"lu gaboleh gitu dong bro, kan kasian anak orang lagipula kalau Nenek tau bisa bahaya" Reyyan mencoba memberi pendapat kepada sahabat sekaligus sepupunya ini.

"yaa Nenek jangan sampai taulah, lagian lu kan tau hati gue dimana yan, dan dia juga setuju tanpa paksaan kok, gue gak ngancem dan lain-lain" jawab Arsal membela diri

"ya terserah lu sih, asal jangan diapa-apain aja kalau emang niatnya gamau lanjut seperti halnya rumah tangga biasanya". Jawab Reyyan serius

"yaa enggaklah, akan terlalu sulit untuk kami nantinya kalau sudah sejauh itu Yan"

"yaa tapi halal-halal aja gak sih bro, lu ga pengen coba gitu, yaa kalau gue sih ga munafik pengen pastinya, dan menurut gue perhatiin dia tipe polos yang asik dikerjain di kasur ya gak sih" gurau Reyyan dengan senyum berbahaya nya.

"lu jangan aneh-aneh ya kalau mau, minta sama Nenek" Arsal menanggapi candaan Reyyan sambil tertawa diikuti oleh gelak tawa Reyyan yang tidak terbendung mendengar jawaban aneh Arsal.

Cahaya matahari mulai menerangi sudut-sudut kamar bernuansa modern itu, tampak dua pasang insan masih tertidur di atas kasur king size dengan posisi yang nampak sangat normal, ya sebagai manusia yang saling berteman.

Abil terbangun dari tidurnya, ia mencoba menyadarkan diri namun niatnya untuk meninggalkan tempat tidur masih sangat sedikit, sambil memejamkan mata kembali dan mencari posisi yang nyaman tiba-tiba Abil tersadar bahwa ia tidak sendiri di atas kasur dimana ia sedang berbaring sekarang ini.

Rasa kantuknya langsung hilang berganti dengan perasaan terkejut dan bahagia. "eh tunggu dulu, apakah sekarang ini seharusnya ia bahagia, atau sedih, atau kesal." Abil bertanya kepada dirinya sendiri di dalam hati. "ah sudahlah tidak apa-apa pilih opsi pertama saja Abil, kapan lagi bisa satu kasur dengan orang yang kita sukai yakan, kesempatan ini jarang didapatkan oleh pemeran-pemeran figuran diluar sana. Oke berarti posisiku sekarang ini sudah jelas, iya aku pemeran ketiga yang sedikit penting untuk melengkapi jalan cerita ini bukan figuran yang kehadirannya hanya beberapa menit itu " senyum terlukis dibibir Abil dengan posisi matanya yang masi terpejam.

Please give me happy endingWhere stories live. Discover now