Bab Tiga

264 8 1
                                    

Kepala Nada mendadak pening. Dia masih nggak menyangka kalau apa yang dia guraukan waktu itu ternyata malah jadi kenyataan.

"Serius, Yas?!"

"Duarius. Kak Gio mau ngelamar gue secara resmi minggu depan."

"Gila!"

Nada menutup wajahnya. Tapi nggak lama, dia berdiri dan narik Ayas. Keduanya lari kecil ke parkiran dan masuk ke sedan silver—mobil kesayangan Nada tanpa banyak bicara.

Ayas tau, kalau lagi stres begini, Nada pasti bakal ngajak dia karaoke.

"Abis nyanyi-nyanyi, kita baru mikir lagi. Tapi yang pasti, gue bakal daftarin lo ke salon. Lo harus kinclong dan glamor!"

"Gila lo. Gue bakal terima atau nggak aja belom kepikiran. Lah ini udah mau perawatan!"

"Perawatan dimulai pas lo mau lamaran. Biar cantik, seenggaknya buat diri lo, bukan pesta acaranya."

"Tau ah. Pusing!"

Nada tancap gas ke mall terdekat. Mereka karaoke selama dua jam dan istirahat sebentar, makan siang menjelang sore, jajan es krim, sampai akhirnya mampir ke salon langganan sejalan pulang.

Ayas menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dia natap ragu salon di depannya.

"Kita turun, nanya dulu. Nggak usah langsung daftar."

"Tapi gue malu, Nad. Kalo ditanya macem-macem sama Bibi lo gimana?" Ayas panik. Dia nggak siap kalau ditanya bibit-bobot tentang calon suaminya sama orang lain.

Mau jawab gimana, kalau dia sendiri aja nggak kenal dekat? Ayas nggak tau apa-apa tentang Giovan, calon pelamarnya itu.

"Gampang, lah. Tinggal jawab aja apa susahnya?"

"Tinggal jawab aja ndasmu!"

Keduanya turun dari mobil. Ayas setengah merengek ingin pulang, tapi tenaga Nada yang cukup besar sukses menyeretnya sampai masuk ke salon.

"Mau nanya perawatan pra-nikah? Buat siapa? Uni Ayu?" Bibinya Nada—pemilik salon tempat langganan mereka tampak kaget, tapi ekspresinya makin bingung pas Nada menggeleng. "Bukan buat Uni. Nih, buat si Ayas."

"Beneran, Yas?! Kamu mau nikah?"

"Baru mau lamaran. Nggak tau deh diterima apa nggak." Ayas menaikkan kedua bahu. Sok pasang tampang santai, padahal jantungnya berdebar cukup kencang.

"Hush! Kalo ada cowok baik-baik, mending langsung diterima. Jangan ditolak, pamali sama rencana Tuhan!"

Kemudian Ayas membawa pulang brosur berisi harga paket perawatan pra-nikah. Dia berencana menunjukkan ke mamanya sepulang beliau dari pengajian.

Tapi, mobil siapa itu yang parkir di depan rumah?

"Lho? Kak Gio? Kok di sini?"

"Hai. Kamu baru pulang?"

"I, iya.."

Gio melirik selembar kertas yang dipegang Ayas. Dia lihat dan baca sekilas isi kertas itu lalu tersenyum kecil.

"Aku pasti diterima nih ya?"

"Heh?"

"Mau perawatan dimana? Jauh dari rumah? Udah bilang ke mamamu? Nanti aku anter."

"E, eh?! Nggak, Kak! Ini... ini punya temenku." Ayas menyembunyikan kertas itu di belakang tubuhnya. Gelagatnya yang panik sukses bikin Gio menahan tawa.

"Oh? Kirain buat kamu."

Ayas ketawa malu. Dia lalu membuka pintu dan mempersilakan Gio masuk.

"Aku nggak lama sih, cuman mau kasih ini aja. Mama nyuruh kamu buat liat-liat. Nanti kabarin aja kalo kamu udah selesai milih."

Ayas nerima satu buku besar dari tangan Gio. Dia buka saat itu juga karena penasaran dan kaget pas lihat isinya; contoh kebaya tradisional, modern, dan campuran.

Dengan deretan harga cukup mahal di bawah foto-foto kebaya cantik itu.

"Ini—"

"Buat akad kita nanti. Kamu pilih aja, aku mah ngikut."

"Lah? Nggak bisa gitu dong. Kan harus keputusan bersama."

Gio tersenyum. Dia menyodorkan kartu nama ke Ayas.

"Ini nomor aku. Chat aku kalo butuh apa-apa."

Ayas tanpa berpikir pun langsung bertanya, "Kalo nelfon, boleh?"

Gio mengacak rambut Ayas gemas. Dia mengangguk kecil dan berdeham pelan begitu melihat semburat merah tipis di pipi gadis itu. "Boleh."

Setelah itu, tanpa menunggu Mama Ririn pulang, Gio lebih dulu pamit. Ayas yang masih agak ngeblank hanya bisa mengantar Gio sampai ke depan pintu. Sehilangnya mobil itu di belokkan komplek, Ayas ribut mencari hp-nya.

Ia menghubungi seseorang yang baru aja memarkirkan mobilnya di garasi. Rumah mereka hanya beda blok dan Ayas yakin setelah ini Nada akan berlari ke rumahnya.

"Halo?"

"Nad! Gimana nih, kalo perawatannya dimulai dari sore ini, minggu depan gue bisa langsung kinclong, nggak?!!"

***

I Got LoveWhere stories live. Discover now