Sick again?

68 2 0
                                    

     "Ryan, mama kan sudah bilang jangan capek-capek di sekolah. Kan drop lagi!" Mama mengomel, tetapi tangannya sigap menyiapkan peralatan. Ryan hanya bisa mengangguk, badannya lemas sekali.

"Dipake dulu ini nebulizernya, nanti kalo mau tidur mama siapkan oxygen mask atau CPAP!" Mama menyerahkan nebulizer untuk Ryan pakai. Sekali lagi mama membenahi posisi tidur Ryan, memastikan.

"Mama tinggal ya, mama masak dulu. Nanti kalo emang masih sesak kamu panggil mama lagi" Mama melangkah keluar kamar.

     Ini cerita tentang Ryan, anak laki-laki yang sifat tabiatnya berbanding jauh di rumah dan di sekolah. Di sekolah dia tampak dingin, andalan guru-guru, dan pujaan para wanita tentu saja. Sedangkan di rumah, ia tak lebih dari seorang bocah yang takut kalau kehilangan mamanya. Hobinya kalau di rumah, cerita sama mamanya.

     And, Ryan sebenarnya gampang sakit-sakitan. Ia punya penyakit bawaan asma akut sejak kecil, di tambah kemarin ia sempat terserang pneumonia. Tubuhnya jadi semakin rentan, tapi ia tetap saja menyibukkan diri dengan kegiatan di sekolah.

     Sore ini ia pulang dengan basah kuyup, hujan dan ia hanya menggunakan motor ke sekolah. Ditambah tenaganya sudah hampir habis karena ia menghandle kegiatan sekolah, sekolahnya akan mengadakan event tahunan yang cukup besar. Mamanya sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya, sejak Ryan malamnya bercerita apa yang akan ia lakukan besok. Sebenarnya terkena hujan saja ia tidak akan kambuh separah ini, tetapi karena ia juga kecapekan, yang ditakutkan mamanya terjadi. Baru membuka pintu depan ia sudah ambruk. Untung mamanya berjaga-jaga menunggu di ruang tamu. Ryan masih punya sedikit tenaga, dibantu mamanya ia pergi ke kamar dan berganti baju. Sekarang Ryan terbaring di kasur, mengatur napasnya agar teratur kembali. Ia menunggu sampai obatnya habis, kemudian mematikan mesin nebulizernya. Setelah itu ia menghampiri mamanya di dapur.

"Ma" panggilnya. Mama yang sedang fokus memasak menoleh.

"Kenapa? Masi sesek?" Tanya mama. Ryan menggeleng.

"Mandi dulu ya, kalau gak mandi nanti demam lho. Besok masi mau sekolah?" Tanya mama sambil mengusap kepala Ryan. Ryan mengangguk.

"Sana mandi dulu ya, nanti mama ke kamar. Kita cerita-cerita di kamar" Ryan mengangguk, menuruti kata mamanya untuk mandi.

     Ketika keluar dari kamar mandi ia mendapati mamanya sudah di kamar. Di atas nakasnya ada semangkuk sup ayam buatan mamanya.

"Makan dulu sini, nanti mama temani tidur ya?" Ryan mengangguk, menuruti kata mamanya untuk makan. Setelah makan, ia minum obat. Kemudian ia berbaring, dengan mama di sampingnya.

"Mau cerita apa hari ini?" Tanya mama.

"Hari ini Ryan-uhuk!" Ryan terbatuk. Napasnya sedikit memberat.

"Nah kan, kamu masih sesek. Mama siapin oxygen mask dulu ya? Nanti kamu lanjut cerita" mama bangkit dari kasur, menyiapkan peralatan. Setelah memakaikan maskernya ke Ryan, mama menyelimuti tubuh Ryan. Kemudian mama berbaring lagi di sebelahnya.

"Masi mau cerita?" Tanya mama. Ryan menggeleng. Badannya tiba-tiba lemas semua.

"Demam ini kamu besok. Tidur ya? Mama tungguin" Ryan mengangguk. Mama mengusap-usap kepalanya, membuat Ryan tertidur.

     Besok paginya, benar kata mama. Ryan demam. Suhu badannya benar-benar tinggi. Ryan sendiri gelisah terus, badannya sungguh tidak enak. Mama panik, karena tidak biasanya Ryan seperti ini. Disaat yang bersamaan, sepertinya asma Ryan memburuk.

"Ryan, ke dokter aja ya nak?" Ryan tidak merespon, ia sendiri juga panik dengan keadaannya. Mama kemudian menelepon dokter yang selama ini mengurus Ryan, Dokter Ardhito. Dokter Ardhito sendiri setelah mengecek Ryan memutuskan untuk Ryan segera di rawat inap.

He's SickWhere stories live. Discover now