Tentang Ryan

6 0 0
                                    

       "Ryan itu, ga pengen dianggap lemah sama orang lain. Dia pengen jadi orang yang bisa diandalkan" jelas Rama. Sekarang mereka sedang duduk bersama di sofa yang ada di ruang rawat Ryan.

"Tapi itu akan menyakiti dirinya sendiri" jawab Clarissa. Rama mengangguk.

"Kau benar. Itulah mengapa kami selalu berusaha untuk menjadi tempat 'pulang' untuk Ryan" ucap Rama. Reyhan mengangguk-angguk.

"Sudah cukup sore. Kau tidak pulang?" tanya Reyhan. Clarissa mengecek jam tangannya.

"Ah iya, gue pulang dulu ya kalo gitu. Gapapa kan gue tinggal?" tanya Clarissa.

"Aman santai aja" seloroh Reyhan yang sudah merebahkan diri di sofa.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Rama.

"Gua bawa motor. Tenang, aman kok. Belum terlalu sore" ucap Clarissa, melambaikan tangan ketika akan meninggalkan mereka di ruang rawat Ryan.

Flashback on

         "Ryan, main sama temen-temennya dulu ya? Mama di dapur" ucap mama sambil mengusap pucuk kepala Ryan. Ryan yang sedang asyik bermain mengangguk-angguk saja. Mama pun meninggalkan Ryan bermain bersama Reyhan dan Rama. Saat itu mereka masih berumur 10 tahun, masih asyik-asyiknya bermain.

"Ryan! Ayo main kejar-kejaran sama kita!" Ajak Reyhan. Ryan menatap mereka berdua sebentar.

"Ayo" Ryan berdiri, mengikuti mereka berdua. Mereka pun bermain kejar-kejaran, saling tangkap menangkap.

"Rama! Kamu ketangkap!" Seru Ryan gembira. Rama tertawa-tawa, berusaha mengejar balik Ryan. Tiba-tiba, Ryan terduduk begitu saja.

"Ryan ketangkap!" Seru Rama sambil menepuk bahu Ryan. Bukannya balas mengejar Rama, Ryan malah terbatuk-batuk.

"Ryan? Kamu kenapa?" Reyhan yang pertama kali menyadari kondisi Ryan, mendekati Ryan. Ryan masih terus terbatuk-batuk. Rama yang tidak tahu harus bagaimana lagi berlarian menghampiri mama di dapur.

     "Maaf ya, Ryan memang kurang bisa kalo diajak lari-larian" mama memberi pengertian kepada Rama dan Reyhan.

"Ryan gapapa kan tante?" tanya Reyhan. Ryan sudah tertidur di kasurnya, dengan masker oksigen terpasang di wajahnya.

"Ryan gapapa kok, kalian disini aja yaa, orang tua kalian baru jemput nanti malam, tidur sini dulu gapapa" ucap mamanya Ryan. Orang tua Reyhan dan Rama kebetulan ada urusan dengan pekerjaannya, jadi mereka dititipkan terlebih dahulu di rumah Ryan.

"Ryan...beneran gapapa?" tanya Rama. Jelas ia merasa bersalah karena sudah mengajak Ryan bermain kejar-kejaran.

"Ryan akan segera pulih. Kalian main disini aja ya? Jagain Ryan dulu bisa?" tanya mamanya Ryan. Mereka berdua mengangguk.

       Sepeninggal mamanya Ryan, Rama mendekati Ryan yang terbaring di kasur.
"Ryan, aku minta maaf ya" ucap Rama meminta maaf. Rama memandangi Ryan, merasa kasihan. Sejak kejadian itu, Rama bertekad untuk menjaga Ryan.

Flashback off

       "Ryan oke, Ram?" tanya Reyhan. Rama mengangguk.

"Tapi ga biasanya dia kambuh separah ini" ucap Reyhan lagi.

"Dia kemarin kan habis kena pneumonia. Mungkin itu yang buat dia jadi semakin rentan" jawab Rama. Reyhan mengangguk-angguk saja.

"Kita order gofood aja dulu, nanti kalo dia bangun pasti minta makan" putus Rama. Reyhan mengangguk, segera memesan makanan yang Ryan suka. Dulu sebelum mereka menginjak SMP, mamanya Ryan berpesan banyak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dimakan Ryan. Mereka sudah cukup hafal apa saja makanan tersebut. Juga pantangan-pantangan kegiatan Ryan.

       "Tante dateng kapan ya?" tanya Reyhan kepada Rama. Sekarang mereka tengah menyantap makanan yang sudah mereka order tadi.
"Malem paling? Biasanya juga malem" jawab Rama sekenanya.
"Ryan kok ga bangun-bangun?" tanya Reyhan lagi.
"Kasian Rey, capek dia" Rama masih menjawab Reyhan.
"Lo tungguin aja tuh di samping kasur Ryan sambil makan, pasti dia bangun" ucap Rama. Reyhan, tak disangka, menuruti perkataan Rama. Rama hanya bisa menggeleng-geleng kepala, melihat Reyhan menurut saja kepadanya. Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Rama. Seorang suster masuk, sambil mendorong troli berisi obat-obatan.

"Permisi mas, pasiennya udah makan belum ya?" tanya suster tersebut ramah. Rama menggeleng.

"Masi tidur dia sus" jawab Reyhan. Suster tersebut mengangguk.

"Ini ada obat-obatan hari ini, tolong dibangunkan temannya, buat makan terus minum obat. Terus, nanti agak maleman dokter visit kesini buat memantau sekaligus terapi uap" jelas suster tersebut.

"Iya sus, kami bangunkan Ryannya" jawab Rama, mengangguk. Suster tersebut memberikan obat-obatan dalam mangkuk kecil kepada Rama.

"Baik, kami permisi dulu ya kak" ucap suster tersebut berpamitan. Ryan mengangguk.

"Bangunkan Ryan, gue siapin makanannya" ucap Rama pada Reyhan. Reyhan menganguk, sementara Rama menata makanan Ryan beserta obatnya di atas overbed table rumah sakit.

"Jam berapa ini?" tanya Ryan.
"Udah malem. Lo makan dulu. Kalo makanan rs nya udah habis, baru lo boleh makan sup krim" jawab Rama sambil mendekatkan overbed table ke Ryan. Ryan mengangguk, melepas masker oksigennya dan mulai makan.

      Malam sudah semakin larut, Ryan duduk di atas ranjangnya, menghirup obat dari nebulizernya. Sementara dokter Ardhito mengecek semua data-data Ryan. Suster yang bersama dokter Ardhito pun juga mengecek peralatan-peralatan Ryan, seperti infus dan selang kateternya. Mama menunggu di sofa, baru saja datang. Reyhan dan Rama sudah pulang sejak tadi, bahkan sebelum mama pulang. Ryan meyakinkan mereka berdua bahwa ia baik-baik saja meski ditnggal oleh mereka.

"Tadi pagi udah agak mendingan, kok sekarang turun lagi hasilnya? Tapi masih dibatas normal kok" dokter mengecek oxymeter yang Ryan pakai. Ryan hanya cengengesan, tidak ingin dokter tahu kalau dia baru saja kambuh tadi siang.

"Tidurnya pakai CPAP aja ya? Kalau misal hasil besok pagi bagus, kamu bisa pakai nasal kanul" ucap dokter Ardhito. Ryan mengangguk, setidaknya kalau tidak ingin mereka tahu tentang kambuhnya tadi siang, ia jangan membantah apa kata dokter. Dokter Ardhito pun menyuntikkan Ryan obat, kemudian memakaikan sungkup CPAP.

He's SickWhere stories live. Discover now