Perhatian Sang Mantan

29 0 0
                                    

Menjelang sore baru Eva dan dua putrinya sampai di rumah. Dengan bersemangat Lisa dan Alya membalas lambaian Ricky dari balik jendela mobil. Senyum Eva juga terkembang lebar mengiringi deru kendaraan itu menjauh.


“Nah, ayo sekarang kita mandi terus istirahat ya,” ajak Eva menggandeng Lisa dan Alya.


“Siap, Bun," jawab Lisa. 


Selesai memandikan anak-anaknya, Eva langsung sibuk membereskan rumah dan peralatan memasak yang tadi pagi dia gunakan. Untung saja Alya dan Lisa tidak rewel. Sambil menunggu waktu tidur, mereka asik bermain dengan seperangkat mainan lego yang dibelikan Ricky.


Hampir jam sembilan malam baru pekerjaan Eva selesai. Dia menyempatkan diri mengintip ke kamar anak-anak. Tersenyum tipis melihat Alya dan Lisa tidur di tengah serakan lego. Tidak ingin membangunkan dua putrinya, perlahan Eva membereskan lego ke dalam wadahnya. Saat itulah dia mendengar suara motor berhenti lalu pintu depan terbuka.


Tak lama, wajah Ferdi muncul dari bingkai pintu kamar. “Va, bikinkan aku kopi,” perintahnya tanpa basa-basi.


Melawan rasa lelah yang mendera tubuhnya, Eva meninggalkan lego yang belum selesai dibereskannya. Dia mengambil cangkir dan menyeduh sedikit air. Kopi dan gula dengan takaran yang sama dimasukkannya dalam cangkir. Dulu waktu mereka baru saja menikah, kata Ferdi kopi bikinan Eva adalah kopi yang paling enak di dunia. Dan pujian sederhana itu sanggup meronakan pipi Eva. 


Harum kopi segera menguar. Eva membawa cangkir ke ruang depan. Meletakkannya di meja. Seakan tidak menyadari kehadiran istrinya, Ferdi tetap asik bermain ponsel. Tawa kecil terdengar dari bibirnya. Entah apa yang lucu, Eva tidak tahu. 


Merasa kehadirannya tidak dianggap, Eva membatalkan niatnya untuk duduk besama Ferdi. Dia sudah beranjak kala Ferdi bertanya,” Tadi jadi antar makanan ke Bu Andi?"


“Jadi,” jawab Eva pelan. Masih berdiri menanti pertanyaan lanjutan.


“Langsung dibayar?” tanya Ferdi lagi dengan pandangan masih terpaku pada layar ponsel.


“Iya.”


“Sini aku minta uangnya.”


“Untuk apa?” karena kaget tanpa sadar nada suara Eva meninggi, matanya melebar. Ferdi spontan mendongak. Ekspresi dan suara Eva menyulut emosinya. Segera dia berdiri. Di depan Ferdi yang berpostur tinggi dan besar, Eva tampak begitu mungil. 


“Untuk menambah modal bisnisku, tentu saja!” bentak Ferdi. “Sudah tidak usah banyak tanya! Mana uangnya?!? ”


Kalau sedang meminta uang seperti ini, sosok Ferdi berubah menjadi sangat menakutkan. Matanya melotot seperti akan meloncat keluar dari rongganya. Hidungnya kembang kempis, mendengus-dengus. Dan kedua tangannya terkepal erat, seakan siap melayangkan pukulan ke wajah Eva. 

Mantan Terindah Eva Where stories live. Discover now