Saat Alya Sakit

16 0 0
                                    

Tergesa-gesa, Eva membuka laci bufet kecil yang terletak di samping tempat tidurnya. Tangannya mengorek-ngorek setiap sisi laci. Mencari-cari di sela-sela gunting, kertas-kertas bekas struk supermarket, benang, dan segala macam pernak-pernik kecil lainnya. 

Tidak menemukan benda yang diperlukannya, Eva langsung menutup laci pertama dan membuka laci kedua. Tapi, baru di laci ketiga dia menemukan termometer yang diperlukanya. 

Segera dia meletakkan thermometer itu di bawah lengan Alya yang terbaring lemas di tempat tidur. Angka 39 derajat terlihat di layar termometer. Eva menggigit bibirnya dengan cemas. 

Mendadak Alya demam, padahal tadi siang dia masih riang bermain dengan Lisa. Apakah dia salah makan? Atau ada virus yang masuk ke tubuhnya. Eva berusaha tetap fokus. Yang penting sekarang dia harus berusaha menurunkan suhu tubuh Eva.

“Alya minum obat dulu ya, Nak,” bujuk Eva. 

Diangkatnya sedikit kepala Eva supaya tidak tersedak sirup obat penurun panas yang disodorkannya. Sedikit lega Eva melihat Alya menelan obat itu dengan patuh. Sambil berharap obat itu akan cepat bekerja.  

Untungnya Alya termasuk anak yang tidak terlalu sulit minum obat. Setelah menelan obat yang disodorkan bundanya, Alya langsung meringkuk lagi di atas kasur Eva. Wajahnya pucat dan tubuhnya seperti menggigil menahan dingin.

Eva sedang membasahi sehelai saputangan untuk mengompres dahi Alya saat Ferdi masuk ke kamar. Sesore itu bajunya sudah keren dan rambutnya tersisir rapi. Eva harus melawan keinginannya untuk mengabaikan Ferdi. Sebetulnya dia masih malas mengajak bicara suaminya gara-gara kasus lipstik itu. Tapi Alya sedang demam. Dia perlu suaminya tetap di rumah untuk ikut menjaga Alya, bukannya keluyuran entah kemana.

“Mau kemana, Fer?” tanya Eva singkat. 

“Bukan urusanmu.” Kata-kata Ferdi menusuk hati.

“Alya sedang sakit.”

Kening Ferdi berkerut. Pandangannya seakan mengatakan Eva telah mengatakan sesuatu yang bodoh. “Kasih obat lah. Kamu itu ibu macam apa sih? Anak sakit malah sibuk curhat.”

Eva menghela napas. Sulit sekali bicara baik-baik dengan Ferdi sekarang.

“Aku sudah memberi Alya sirup penurun panas, tapi demamnya belum juga turun.” Aku hanya mengatakan fakta, sama sekali tidak bermaksud untuk mengeluh atau curhat.

Asal-asalan Ferdi menempelkan punggung tangannya di dahi Alya. “Ah, biasa saja. Enggak terlalu panas. Kamu harus belajar sedikit santai saja. Jangan terlalu cepat panik. Biasalah anak-anak kadang sakit,” komentar Ferdi. Dengan acuh, dia keluar kamar.

Eva mengikuti langkah Ferdi. “Sebaiknya malam ini kamu jangan pergi, Fer. Kalau panas Alya enggak turun juga, tolong antar kami ke rumah sakit.

Kondisi Alya dan kata-kata mengiba Eva tidak mampu membuat Ferdi mengurungkan niatnya. Bagi pria itu kemeriahan suasana di tempat hiburan malam tentunya jauh lebih menyenangkan daripada rumah yang sempit ini. Ferdi hanya menatap Eva dengan pandangan dingin. Tanpa menjawab dia berlalu sambil menghempaskan pintu dengan keras.


Kekhawatiran Eva terbukti. Menjelang tengah malam, suhu badan Alya semakin tinggi. Dengan panik dia mengetuk pintu rumah Della.

Mantan Terindah Eva Where stories live. Discover now