Peluang Bisnis dari Sang Mantan

16 0 0
                                    

Setelah teleponnya dengan Rani usai, Eva masih terduduk lemas di kursi. 

Ini pasti dari Ricky lagi, tebaknya dalam hati.

Beberapa detik kemudian tebakannya terbukti benar. Pesan Ricky masuk ke ponselnya. 

Ricky: [Kantorku akan sering memesan kue ke kamu. Anggap saja 10 juta itu DP ya ] 

Kelopak mata Eva bergetar saat membaca pesan dari Ricky. Bibirnya tersenyum meski ada titik air mata haru di sudut matanya. Entah bagaimana dia harus berterimakasih pada pria yang sangat baik hati itu. Belum lagi Eva mulai mencicil pinjaman yang satu juta rupiah, sudah datang transfer sepuluh juta. 

Aaah... barangkali ini kesempatan untukku supaya bisa mencukupi keperluan anak-anak. 

Eva memejamkan matanya, mendekap ponselnya di dada, memanjatkan rasa syukur kepada yang maha kuasa. Dia berjanji dalam hati untuk bekerja lebih giat, supaya bisa memberikan kehidupan yang lebih layak untuk dua putrinya serta segera mencicil utang-utangnya. 

***

Begitu selesai mengantarkan pesanan catering, Eva tidak langsung pulang. Dia mampir ke rumah Della tetangganya. 

Rumah kontrakan Eva terdiri dari deretan rumah-rumah berukuran mungil. Ada lima petak rumah kontrakan milik Pak Agus. Masing-masing cuma terdiri dari satu ruang depan, dua kamar dan satu dapur dan kamar mandi. Setiap ruangan berukuran mungil. 

Rumah Eva terletak di ujung kiri. Rumah sebelahnya ditinggali Della dan suaminya. Eva cukup akrab dengan Della. Dia tahu, Dulu Della bekerja di sebuah toko kue, karena itu Della adalah orang yang paling tepat untuk dimintai pertolongan menggarap order dari Ricky ini. 

"Del... Della..." Eva mengetuk pintu rumah tetangga kontrakannya. Tidak perlu menunggu lama, wajah Della muncul dari balik pintu. 

"Hai, Eva?  Ayo masuk, " Della tersenyum sambil membuka pintu lebih lebar. "Halo Lisa, Alya." Della menggendong Alya dan menggandeng Lisa. Della, yang senang anak-anak, selalu senang bermain dengan Alya dan Lisa. 

"Aku mau minta tolong nih, Del" kata Eva sambil melangkah masuk dan duduk di kursi tamu, mengikuti sang nyonya rumah. Alya dan Lisa langsung asik bermain di atas karpet dengan boneka milik Della. 

"Boleh, boleh, minta tolong apaan?" jawab Della santai. Dia memang terkenal sebagai orang yang paling ringan tangan di komplek kontrakan ini. Della baru tiga bulan menikah dan belum memiliki anak, hingga masih memiliki banyak waktu luang. Tidak jarang Della menawarkan diri untuk menjaga anak-anak Eva, saat melihat tetangganya itu sedang kerepotan. 

"Gini Dell, aku denger kamu pintar membuat kue kan?" 

Della tertawa kecil, "Nggak pintar-pintar amat sih, Va." 

Eva menahan napas tegang. Benaknya berpikir cepat. Siapa lagi yang bisa diminta membantunya membuat kue kalau Della tidak bisa

"Cuma dulu pernah kerja bantu-bantu di toko kue kecil jadi bisalah bikin kue sedikit-sedikit," lanjut Della. 

Fiuuh... Eva menghembuskan napas lega. Segera diceritakannya proyek pesanan kue-kue dari Ricky. 

"Wah, nekat banget kamu," kata Della kagum. "Enggak bisa bikin kue, tapi terima pesanan. Aku salut deh sama semangat kamu." Della mengacungkan dua jempolnya. 

Mantan Terindah Eva Where stories live. Discover now