Menjauhi Ricky

11 0 0
                                    

Eva masih terdiam menatap kegelapan malam. Bukan untuk menyaksikan sosok Ferdi yang sudah menghilang. Dia hanya perlu mengumpulkan semangatnya yang lenyap gara-gara kejadian tadi. Menormalkan tangan dan kakinya yang masih bergetar.

Luapan emosi Ferdi yang tak terkendali serta tuduhannya telah menorehkan luka baru di hati Eva. Di atas begitu banyak luka yang telah Ferdi goreskan.

Selingkuh? Tuduhan yang sangat menyakitkan bagi Eva. Semudah itu Ferdi melontarkan fitnah. Setelah semua yang Eva lakukan untuk tetap bertahan dalam pernikahan ini. Berulang kali memaafkan perilaku Ferdi yang keterlaluan. Pria yang sudah kecanduan minuman keras, judi dan sekarang masih ditambah dengan noda lipstik di bajunya.

Pikiran Eva masih begitu kusut saat ia mendengar langkah kaki di belakangnya. Dia menoleh dan melihat Ricky berlari mendekatinya.

“Eva… Apa yang terjadi? Kamu enggak pa-pa?” tanya Ricky setelah sampai di samping Eva. Wajahnya tampak begitu cemas. Pertanyaannya datang beruntun. “Apa dia menyakitimu?”

Eva menggeleng. “Enggak, Rick. Ferdi cuma berteriak-teriak marah, sempat mencengkeram bahuku sih, tapi enggak sakit kok. Aku cuma sedikit kaget.” terang Eva perlahan sambil berjalan kembali ke kamar perawatan Alya. Dia baru sadar sudah meninggalkan anaknya sendirian.

“Syukurlah kalau begitu.” Ada gurat lega terlihat di wajah Ricky yang mengikuti langkah Eva menyusuri koridor rumah sakit. “Aku sudah khawatir sekali tadi, teriakan Ferdi terdengar sampai ke kamar Alya. Aku sudah hampir keluar kamar, saat Alya terbangun dan menangis. Aku tidak tega meninggalkannya. Jadi aku mencari perawat jaga dulu untuk menitipkan Alya.”

Tangan Eva yang sudah memegang gagang pintu berhenti bergerak. Dia menatap Ricky. Terharu akan perhatiannya yang begitu besar pada Alya dan Lisa. Seorang ibu pasti akan mudah tersentuh bila seseorang mencurahkan kasih pada anak-anaknya.

“Terima kasih, Rick… sudah membantu menjaga Alya.” Setiap kata, Eva ucapkan dengan sungguh-sungguh. “Untung kamu ada di sini waktu Alya menangis.”

“Sama-sama.” Wajah Ricky tersenyum.

Eva mengeluh dalam hati. Kenapa senyum Ricky begitu menyejukkan? Memandang wajahnya saat tersenyum seperti ini membuat Eva merasa seperti berada di lereng pegunungan. Begitu sejuk dan segar.

Eva menghembuskan napas cepat. Ini godaan. Tidak boleh dibiarkan. Dia harus kuat, jangan sampai tuduhan Ferdi menjadi kenyataan.

Mereka berdua duduk dalam keremangan. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Suasana begitu hening. Eva sedang menimbang-nimbang. Haruskah dia meminta Ricky menjauh demi Ferdi? Masih patutkah pernikahannya dipertahankan?

Eva tidak ingin menyakiti hati Ricky. Pria itu sudah terlalu banyak menolongnya. Tapi Ferdi pasti akan marah kalau Eva masih bertemu Ricky, walau hanya sebagai teman. Eva memijat pelipisnya perlahan. Berharap pening yang tiba-tiba datang ini bisa menghilang.

“Menurutku kamu perlu bodyguard, Va….” Tiba-tiba saja Ricky berkomentar. Memecahkan keheningan di antara mereka.

Jari Eva yang sedang membelai punggung tangan Alya berhenti bergerak. Dengan heran, dia menatap Ricky. Mungkin pria di depannya ini sedang bermimpi. Bicara dalam tidur. Tapi tidak. Kelopak mata Ricky terbuka lebar. Wajahnya tampak begitu serius dalam keremangan lampu kamar.

“Untuk apa? Aku bukan artis atau pejabat, Rick. Buat apa punya bodyguard.” Eva menimpali dengan senyum lebar. Dia mencoba bercanda.

“Serius, Va. Aku khawatir Ferdi akan mengulangi perbuatannya. Kamu pasti tahu, orang yang sedang emosi dan kalap bisa melakukan apa saja. Bahaya. Aku tidak mau dia menyakitimu atau anak-anak.”

Mantan Terindah Eva Where stories live. Discover now