Liburan

8 2 0
                                    

"Yoww bro Nathan sudah datangg!!"

Putra, Giu, dan Sera yang sedang sibuk bermain kartu uno seketika mendongak. Saat seruan Agas terdengar di halaman rumah besar kediaman Giu.
Keempat remaja itu sudah lebih dulu sampai dibanding Nathan. Bangunan putih besar dengan pion-pion emas yang menopangnya, membuat Putra dan yang lain percaya, kalau Giu memang berasal dari orang terpandang.

Tapi sayangnya, rumah sebesar ini isinya hanya ada Giu dan kebanyakan asisten rumah tangganya. Kedua orang tua Giu sangat sibuk bekerja di luar negeri. Pulang hanya beberapa bulan sekali.
Nathan datang dengan mobil merah biasanya. Lelaki itu kini tampil beda. Celana pendek selutut, dengan kaus hitam, dan kacamata hitam. Nathan terlihat bukan seperti Nathan.

Penampilannya cukup membuat Putra terkekeh. Sera membuka mulutnya lebar-lebar, sementara Giu refleks berdiri menghampirinya.

"INI BENERAN NATHAN??" heboh Giu saat sampai di hadapan lelaki itu.

Agas yang juga berada disana menepuk pundak Nathan keras. "kerenn broo!! Mahal ya kacamata lu?"

Nathan mengangkat bahu saja. Mengajak Agas dan Giu untuk berhigh-five. Kemudian menghampiri Putra dan Sera, juga melakukan hal yang sama pada keduanya.

Setelah kedatangan Nathan, Giu berdiri dan bersiap menyalakan pemanggang miliknya. Putra ikut mengekor di belakang Giu, cowok itu berniat membantu teman sebangkunya itu. Sementara Nathan mulai bergabung dengan Sera dan Agas bermain uno.

"Uno?" tanya Nathan saat sudah duduk di salah satu kursi yang Giu siapkan di halaman rumahnya. Meskipun terlihat sepi, tapi sebenarnya banyak orang juga di rumah ini. Walau hanya para pembantu yang terlihat, tapi setidaknya Giu tidak terlalu kesepian.

Sera dan Ragas mengangguk semangat. Mereka mengajak Nathan untuk bermain uno akhirnya. Dua kali putaran permainan Ragas yang memenangkannya. Nathan terlihat tak terlalu peduli karena jujur saja, ia sudah kalah dua kali juga. Sera malah terlihat frustasi.

"Lo pro banget mainnya!" seru Sera membanting kartu-kartu di tangannya ke atas meja. Ragas sudah tertawa puas di sana.

Lalu Sera membuka kamera ponselnya, bernia untuk mengambil selfie sendiri. Tapi Ragas dan Nathan buru-buru memunculkan diri di belakangnya, sehingga hasil foto itu jadi ada tiga orang. Mengamuklah Sera hingga membuat dua temannya kembali tertawa.

"Sini-sini, kameranya gua aja yang pegang," kata Ragas memutuskan. Akhirnya mereka bertiga berfoto bersama. Sambil menunggu Giu dan Putra yang sedang menyiapkan bahan panggangan di sana.

"Ini gimana sihh??" Giu terlihat kesulitan dengan beberapa arang yang akan gadis itu panaskan.
Saat menyalakan korek api, jarinya terpeleset hingga gadis itu berteriak dan membuang koreknya asal. Putra dengan gerakan cepatnya langsung meraih tangan Giu dan meniup-niup jarinya.

"Lo ngapain sih, Gi? Biar gua aja yang nyalain alatnya. Ada gua disini, kenapa lo nggak minta tolong, sih?" omel Putra.

Giu meringis. "gue cuma penasaran. Lagian gue pikir bakal oke-oke aja kalau gue coba nyalain. Lo juga lagi sibuk potong dagingnya."

"Kan lo bisa panggil gua, Giu! Gua juga nggak bakal nolak buat bantuin lo kalau lo panggil."

"Ya udah, maaf."

Putra mengelus-elus jari manis Giu perlahan. "sakit nggak?" tanyanya. Giu sedikit menggeleng. "udah enggak," jawabnya sembari menarik tangannya lagi dari genggaman Putra.

"Coba cuci tangannya, takut ada luka yang nggak keliatan," suruh Putra. Giu menurut dan menghampiri keran air di halaman rumah besarnya itu.

Semua pergerakan keduanya, dapat dengan jelas dilihat oleh Ragas, Nathan, dan Sera. Ketiga remaja itu saling menatap.

Alpha CentauriWhere stories live. Discover now