Semester Baru

3 2 0
                                    

Sera meremas kedua tangannya cemas. Ini hari pertama di semester duanya, ketika orang-orang yang masuk dari gerbang bersamanya berlari cepat, Sera memutuskan untuk berjalan saja. Ada perasaan mengganjal dalam hatinya hari ini, entah itu apa tapi Sera yakin ini perasaan yang buruk.

Buru-buru Sera tepis pemikiran-pemikiran buruk itu dan lanjut berjalan menuju salah satu mading utama sekolah. Berbeda seperti saat pengumuman tes masuk, pengumuman ranking paralel di semester dua dan seterusnya akan dipajang di mading sekolah. Sehingga seluruh orang bisa menjangkau dan melihatnya sendiri saat hari pertama masuk di semester baru.

Mendekati mading utama sekolah, Sera menggigit bibir bawahnya kuat saat beberapa pasang mata menatapnya tanpa arti. Sera masih berusaha berpikir positif sekarang. Sampai gadis itu membelah kerumunan yang menutupi mading sekolah dan sampai tepat di depan mading utama yang besar itu.

"Nathan?" seorang lelaki yang Sera panggil itu menoleh. Nathan, ternyata sudah berada di sana sejak tadi. Sera menatapnya. "Gimana?" tanya gadis itu masih belum mengecek pengumuman di mading.

Nathan tak menjawab pertanyaan Sera. Seperti biasa, wajah datarnya itu sulit diartikan. Tapi Sera seperti melihat ada sedikit raut khawatir di wajahnya. Samar, hampir tak terlihat sama sekali. Namun Sera menangkapnya.

"Nath?" panggil Sera lagi tapi Nathan masih belum menjawabnya.

Gadis itu menutup kedua mata sambil menghela napas pelan. Tatapan Nathan itu sungguh membuat dirinya makin takut melihat papan pengumuman di depannya ini. Beberapa orang sudah saling mendorong untuk melihat nama mereka masing-masing. Tak ingin membuang waktu lagi, Sera membuka mata dan menuntun kedua netranya untuk membaca tulisan dari atas, karena ia yakin namanya masih berada di deretan atas sana.

Ragas, Putra, Giudith, Nathan, dan A—

Siapa? Tidak, itu bukan nama Sera. Berulang kali Sera menunjuk papan pengumuman itu dari atas sampai ia menemukan namanya berada di peringkat ke enam. Sera Eliza, turun satu peringkat di semester ini.

Lutut gadis itu langsung lemas seperti jelly. Nathan menopang tubuh teman sebangkunya itu. "Ser," panggilnya menyadarkan Sera dari lamunan sejenaknya. Beberapa orang di belakang mereka sudah main dorong-dorongan. Kepala Nathan sempat terbentur papan mading. Sera buru-buru tersadar dan menarik Nathan dari kerumunan.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Sera khawatir. Nathan sedikit mengelus kepalanya yang terbentur tadi tapi cowok itu cepat-cepat menggeleng. Menatap sahabat perempuan di depannya ini. "Harusnya gua yang nanya ke lo, lo nggak apa-apa?" Nathan malah bertanya balik.

Menurut Nathan, yang harusnya dikhawatirkan saat ini adalah diri Sera sendiri. Walaupun benturan tadi terasa sakit di kepalanya, tapi Nathan tahu pengumuman peringkat paralel semester ini jauh lebih membuat Sera sakit ketika mengetahuinya. Wajah Nathan tidak lagi terlihat datar di mata Sera. Tapi raut khawatir yang sempat terlihat samar tadi sekarang sudah tercetak jelas.

Sera baru ingin menjawab pertanyaan Nathan, tapi suara bisikan orang-orang yang melintas di hadapan mereka membuat Sera kembali mengatupkan mulut. "Eh serius? Tahun ini ada top five yang ubah line up? Angkatan berapa?" seseorang bertanya kepada temannya yang lain.

"Angkatan dua puluh enam. Katanya dia ketua kelas alcen juga," jawab yang lain. Seakan tak tahu orang yang sedang mereka bicarakan ada di sana. Nathan mengernyit tak suka. Buru-buru Nathan menarik tangan Sera dan membawanya berjalan menuju kelas.

"Nath," panggil Sera. Nathan menoleh. "It's okay, Sera," katanya dengan lembut, membuat Sera sedikit tenang tapi pikirannya kali ini sungguh berkecamuk. Dadanya terasa berat seolah golden pin yang masih ia pakai meronta ingin segera dilepas. Air matanya luruh seiring dengan tatapan tajam orang-orang yang menatapnya berjalan beriringan dengan Nathan menuju kelas.

Alpha CentauriWhere stories live. Discover now