Consideration

4 2 0
                                    

"Bukan gue pelakunya. Kalian percaya gue, kan?"

Putra berdecak kuat. "Gila lo? Mana mungkin kita semua nggak percaya sama lo, Gi? Cuma orang aneh yang percaya lo beneran ngelakuin itu."

"This is crazy." Nathan tak habis pikir. "Bella beneran licik."

Sera mengangguk setuju juga akhirnya. Setelah semua yang terjadi di kelas Alpha Centauri, Sera benar-benar yakin semua masalah ini berasal dari Arabella.

"Ini aneh beneran. Semuanya terjadi berturut-turut. Kayak kita nggak diizinin buat tenang sedikitpun," ujar Sera menggigit kuku jarinya.

"Lo liat, Ser? Lo liat kan sekarang gimana sintingnya itu cewek ular?" Ragas menatap Sera, mengintimidasi teman perempuannya itu.

Sera jadi merasa bersalah sekarang. Kalau saja dari awal dia percaya pada semua kalimat yang teman-temannya lontarkan, semua ini mungkin nggak akan terjadi.

Sera menghela napas lirih. "Sorry guys. Kalau aja gue percaya sama kalian waktu itu buat bikin petisi masalah ini, semuanya mungkin gak akan pernah terjadi," katanya mengulangi kalimat yang sempat muncul di benaknya tadi.

"No." Giu menggeleng. "Mungkin ini salah gue. We never know what happened before? Tapi trust me, gue beneran sama sekali nggak ada niatan curi barang dia. Huh! Liat mukanya aja gue udah muak."

Keempat lainnya mengangguk. Tentu saja mereka seratus persen berada di sisi Giu. Karena mau bagaimanapun, selain Giu adalah teman mereka, mereka juga tahu Giu tak mungkin melakukan hal kotor seperti itu.

Ini jebakan. Yang dibuat Arabella sendiri.

"Nah, itu poinnya!" seru Putra. "Gua tau lo orang yang kayak gimana walaupun kita baru ketemu beberapa bulan yang lalu. Tapi masa iya orang tajir kayak lo nyuri perhiasan begituan?" Putra terkekeh sendiri. "Impossible," katanya.

"BENER PUT!" Ragas menggebrak meja. Perasaannya jadi membara dan menyala sekarang. Ternyata pemikiran Putra dan pemikirannya memang tak jauh beda.

"Gua setuju asli. Mustahil Giu curi barang ecek-ecek kayak gitu. Semua orang juga tau Giu setajir apa. Motif orang nyuri barang tuh kan kalau nggak buat dia pakai lagi, pasti dia jual kan? Sekarang coba pikir, buat apa Giu mau pakai perhiasan Arabella kalau di rumahnya aja udah ada ruang harta karun begitu? Kalaupun buat dijual, harganya pasti cuma cukup buat Giu beli susu pisangnya sehari," jelas Ragas.

Sera, Putra, dan Nathan terkekeh dengan penjelasan Ragas. Memang yang paling masuk akal ya begitu. Untuk apa Giu mencuri? Dia bahkan sudah memiliki harta yang lebih dari cukup.

Tapi mendengar ocehan Ragas tadi, Giu mengerucutkan bibirnya. "Okay but, lo semua berhenti hiperbola. Jangan bahas begituan di sini, gue bener-bener nggak mood," ujarnya sambil mengacak-acak rambut sendiri.

Mereka berlima kembali terdiam kompak. Setelah para petinggi sekolah, Pak Alwi, Arabella, dan kedua orang tuanya keluar dari kelas mereka tadi, suasana Alpha Centauri dilimuti ketegangan yang tak kunjung habis.

Anak-anak kelas bahkan tak berani untuk sekedar bertanya kepada Giu atau anggota phoenix yang lain. Mereka masih menutup mulut, setidaknya untuk menutupi keterkejutan mereka hari ini. Seperti yang kalian harapkan, tentu saja anak kelas Alpha Centauri tak percaya dengan apa yang mereka lihat tadi.

Giudith Azalea, teman mereka itu tak mungkin melakukan hal itu. Pemikiran mereka pun sama dengan keempat anggota phoenix lainnya. Bahwa Giu pasti dijebak. Dan ini semua adalah proses balas dendam Arabella.

"Mau ke perpus nggak?" tawar Putra akhirnya. Melihat Giu yang sedari tadi memasang wajah bingung, membuat Putra kasihan juga pada teman sebangkunya itu.

Alpha CentauriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora