Rumpelstiltskin

9.8K 1K 28
                                    


"All this must be spun tonight; and if it is, you shall be my queen." The King


Jakarta, November 2018.


Sebelum meninggalkan lataran parkir ruko, aku memasang wireless earphone pada telinga kananku karena aku harus menghubungi mantan kekasihku itu sembari menyetir untuk mencapai kamar dan kasurku yang nyaman. Aku hanya tidak ingin mengomel dan membawa hawa negatif saat memasuki apartemenku nanti, dan lebih baik aku menghubungi Vano di jalanan saat aku menyetir sembari membuang semua yang ingin aku buang itu di sepanjang jalan dan tidak terbawa sedikit pun sampai nanti aku sampai di atas kasurku, aku tidak ingin mengotori tempat ternyaman di dunia ini dengan hal-hal buruk.

Mulai menghubungi nomor ponsel yang kunamai dengan nama 'Vanobae' like I was such a complete idiot when I wrote that, I know that maybe you guys feel disgusted, same with me, unfortunately I just realized it today. Kenapa dulu aku menulis nama itu? Sangat-sangat tidak berfaedah dan terlalu menggelikan sekarang.

Dering panggilanku terjawab pada bunyi kelima dan seketika aku menajamkan pandanganku ke jalanan di depan seolah aku sedang menatap matanya.

"Halo?" suara lelaki itu terdengar menyesal, tidak bernada tinggi dan ceria seperti biasanya dia menyapaku dengan panggilan sayang dan kalimat rindunya. "Gem?" panggilnya lagi ketika aku tidak langsung menjawab sapaannya yang menurutku tak penting, karena aku sedang mengendalikan diriku agar tidak memecah seluruh emosi yang sudah mendongkol di hatiku.

"What was in your head when you decided to do that?" Akhirnya dengan tanpa bergetar sedikitpun aku mengeluarkan suaraku. "Mind to tell me what was wrong with you? With me? With us?" berondongku dengan pertanyaan yang terus menerus aku ajukan seolah aku ingin segera mendapat jawabannya tapi juga ingin membuatnya tersudutkan.

"Gem, Gem, Gem, please aku bisa jelasin," sepertinya kalimat seperti ini terlalu klise untuk didengar, bukan? Setiap pelaku kesalahan yang berbuat salah akan mengeluarkan jurus dengan kalimat seperti itu, yang berujung memberi alibi-alibi yang unnatural. Bisa menjelaskan? Kalau memang bisa menjelaskan kenapa juga harus sounding via saluran radio? Kemana otak cerdas Rishavano hari ini?

"Kita nggak cocok soal apa?" Kuremas dengan kesal setir yang sedang aku pegang menggunakan kedua tanganku. Baru kali ini rasanya aku tidak menikmati perjalanan pulangku melalui jalanan Jakarta di temani lampu-lampu jalanan dan gedung-gedung tinggi yang menjadi bagian kesukaanku mengenai jalanan Jakarta.

Hembusan napas berat lelaki di seberang sana terdengar menggangguku. "Setelah aku pikir-pikir lagi, ada banyak hal-hal yang aku nggak bisa paham dari kamu," ketika suaranya keluar yang aku lakukan hanya mendengus tak habis pikir.

"Tell me one example of that many things you said, kok aku nggak sadar ya kalau aku kurang bisa dipahami?" balasku dengan menjeda-jeda setiap kata agar terdengar lebih jelas dan yang mendengarkan bisa lebih paham.

Bisa terdengar nada hembusan frustasinya yang justru membuatku tak ingin kalah dalam pembicaraan ini. Vano seperti orang lain yang kerasukan atau terkena sihir, karena bisa-bisanya dalam sehari lelaki itu menjadi berubah seolah tak mencintaiku lagi, tapi... Atau memang mungkin dia tak pernah mencintaiku?

"Did you ever love me?" tanyaku setelah dengan tiba-tiba pemikiran itu datang menghampiriku.

"Of course, I did!" jawabnya dengan cepat dan lantang. "Cuma ternyata kita tuh nggak sepaham, Gem."

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now