Cap Off

5.7K 644 92
                                    


"There are many kinds of joy, but they all lead to one: The joy to be loved." — Michael Ende


Jakarta, Agustus 2019


Once upon a time,

There lived a daughter from a father and mother who lived in a house that became a palace for them. That girl was not a princess from a big kingdom, but she had everything that was worth more than the huge kingdom itself. But at one point, the majestical palace was destroyed by a huge loss, she has lost someone she loves the most and made her whole world no longer the same.

That girl no longer believes in a happy ending, the girl didn't want her dreams anymore, nor didn't wait for a prince charming, especially a fairy godmother, to help her keep going through the rest of the story in which she played the role. Until there came a person, he doesn't own a white horse like a prince, but instead, he appeared like a dream. Could he be a fairy godmother? Because he had sprinkled a magic powder of sincerity and compassion.

And miraculously the girl's world came back colored in a very different way.

And yet, the story is not at its end yet.

But... that's all my tale, my own tale.


Aku pernah bilang kan kalau tidak ada satu pun di dunia ini yang hidup dalam dongeng? Dan aku tidak akan menyangkal kalimatku itu, kita memang tidak ada yang hidup dalam dongeng tapi kita memiliki cerita kita sendiri di setiap ruang dan waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk bisa menjalani cerita itu dengan baik dan benar. Bahagia selamanya, begitu tagline setiap dongeng seperti yang kita semua ketahui, padahal dunia tidak menjanjikan kehidupan atau apapun yang selamanya. Akan selalu berputar, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang hidup dan ada yang mati, ada bahagia dan ada kesedihan, forever is doesn't exist, at least in this real world.

Dongeng, seberapa kesal dulu aku dengan hal-hal berbau dongeng? Tidak, aku tidak membencinya, aku hanya... yah, tidak terlalu memberi ruang untuk meletakkan mimpi dan harapan hanya dengan bermodal sebuah keberanian, karena nyatanya hidup bukan hanya soal keberanian ataupun sebuah mimpi saja, tapi lebih besar dari itu semua. Jadi seperti yang pernah aku katakan, terima saja—jalanin dengan lapang dada, silakan berbahagia, silakan menangis, silakan marah, silakan kecewa, itu semua sebagai bentuk penerimaanmu terhadap hidup dan kenyataan yang membawanya. Kita semua punya waktu kita masing-masing, seperti almarhum Yangki-ku pernah katakan bahwa semua dari kita punya waktunya masing-masing, untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan, untuk kehilangan yang kita cintai, untuk terkabulkannya dan tertundanya banyak doa, ataupun untuk menutup cerita kita sendiri.

Aku juga pernah merasa kalau aku tidak pernah punya ceritaku sendiri dan selalu hidup dalam cerita milik orang lain, kupikir aku tidak akan pernah mendapatkan peran utama untuk ceritaku, tapi nyatanya aku mengerti sekarang... kalau peran kita memang tidak hanya disatu buku saja, ada buku-buku lainnya yang menjadikan kita peran pendukung, ada halaman lainnya yang membiarkan kita hanya menjadi penonton, tapi tentu saja kita semua punya buku kita masing-masing yang tertulis cerita kita sendiri, dengan diri kita sebagai pemeran utamanya. Dan dari semua cerita itu, tidak ada yang menjanjikan sebuah akhir 'bahagia selamanya'. 

Mari kita cocokan, penulis dongeng membuat suatu jalan cerita dengan memberikan satu dua masalah untuk sang tokoh pada beberapa halaman bukunya, bukankah begitu pula cara Tuhan membuat kita hidup di dalam cerita kita? Layaknya para penulis itu yang tidak akan tega membuat sang tokoh terus menerus dalam kesulitan, maka didatangkanlah peran lain sebagai penolongnya, dibuatlah sang tokoh menjadi pribadi yang kuat sampai menuliskan akhir yang baik, dengan cara mereka masing-masing. Begitu pula cara Tuhan menuliskan setiap jalan cerita kita, diberikan senang, diberikan masalah, kekecewaan, kesedihan, segala macam bentuk apapun itu, untuk merasa lebih hidup dan manusiawi, terima saja... kalau sesuai titah dari Tuhan: Syukuri apa yang Aku berikan. Tuhan tau kapan waktu yang tepat untuk memberikan jalan keluar dan akhir yang baik. Karena Tuhan jelas sudah menuliskan bagaimana akhir dari cerita kita, bagaimana kita nantinya akan menutup cerita kita pada lembar hidup ini, dan yang pasti dengan jalan pilihan-Nya yang sudah pasti terbaik untuk-Nya, untuk kita. Semua sudah ada dinamika dan suspensi yang diatur oleh-Nya, dan kita tak perlu menghitung atau mencoba memahami dengan cara yang rumit. Hidup akan ada hari-hari sulitnya, tapi seharusnya itu tidak sebegitu buruk seperti yang terlihat, we'll pass it, tho. Life goes on and on...

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now