Fairy Godmother's Magic Dust

9.4K 686 323
                                    

Finally, this is the last page.

[Again, make sure to read it when you have leisure time]




She was everything real in a world of make-believe—Atticus


Ananta Tarendra Mahawirja's POV


"You are just full of shit, Rald!" Umpatku sembari memukuli wajah seorang pria yang sudah berguling di bawahku.

Pukulan pertama.

Pukulan kedua.

Pukulan ketiga.

Dan baru saja aku akan melayangkan yang keempat, tubuhku berganti digulingkan dan berada di posisi bawah. Aku bisa merasakan kepalan tinju yang memukul wajahku berkali-kali lebih cepat dan dengan segera aku mendorong tubuh di atasku untuk menjauh dariku.

"Darn you, Re!" Gerald mengumpat setelah meludah dengan bibir berdarah-darah. "What the hell are you doing here?" Lengan kanannya dia gunakan untuk menyeka darah yang masih mengalir dari ujung bibirnya, sepertinya aku berhasil membuat bibir itu robek.

"Masih bisa lo tanya kenapa gue di sini? Really a shit-shitter you are!" Emosiku sudah tidak bisa terkendalikan lagi melihatnya justru mengumpatiku. Sambil membenahi letak kacamata yang aku kenakan, aku berdesis kesal. "Lo mainin Yaya?!"

Lelaki itu terkekeh mengejek. "Apaan sih? Kayak anak kecil aja. Gue sama Yaya udah dewasa, ngapain lo ikut campur urusan gue sama dia?"

Lelaki yang seharusnya menjadi salah satu teman dekatku sejak masih SMA dulu ini—Gerald namanya, yang berhasil mengencani Yaya selama satu tahun saat dirinya datang ke Australia di mana aku dan Yaya tinggal sudah pada tahun ketiga kami di sana. Gerald meneruskan kuliahnya di Singapore dan beberapa kali berkunjung ke Australia dan berhasil mengencani saudari kembarku, namun sialnya lelaki ini justru menyakiti satu-satunya saudariku itu dengan melakukan kebodohan. Tau begini, aku akan menyuruh Yaya untuk dekat dengan Ega saja—salah satu temanku yang lainnya dari pada akhirnya seperti ini.

"Gue Abangnya, kalau-kalau lo lupa! Lo emang cuma main-main sama dia?"

Gerald berkacak pinggang dengan ringan. "Re, ya gue pacarin Yaya buat senang-senang. Kayak lo nggak pernah pacaran aja. Lo bebas putusin pacar-pacar lo, terus bisa gonta-ganti ke yang baru, gue nggak boleh?"

Sebelah kakiku secara refleks terangkat untuk menendang perut lelaki itu sampai Gerald menunduk sembari meringis. "But she's my sister, damn you!"

Aku masih mengatur napas karena rasa kesal yang tak terbendung mendengar penuturan Gerald tadi. Sialan! Why did he have to compare the bad things he did to mine? Kita sama-sama laki-laki, aku tau. Aku pernah berkencan dan mencampakkan kekasihku, aku tau. But I didn't kiss and sleep with women I have ever dated just to leave them.

"Apa bedanya Re sama semua perempuan yang lo pacarin? Mereka juga Adiknya orang lain, why are you making a big deal about that?" Sudah aku tendang perutnya pun dia masih bisa menjawabku seperti itu.

"But I didn't make out with them, you shitty ass!" Aku tau Yaya dan Gerald memang memiliki gaya berhubungan yang sedikit lebih jauh yang aku tak tau menahu sejauh mana itu berjalan, aku sudah memperingati Yaya tapi aku tidak bisa mencegahnya karena aku tidak menempeli wanita itu secara terus menerus. Lagi pula Yaya sudah dewasa, kami sama-sama tahu segala batasan yang seharusnya tidak dilanggar dan ketika dia mengatakannya aku juga tidak punya hak untuk memarahinya. 

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now