A Shared Zone

4.5K 647 20
                                    


"I believe that words are strong, that they can overwhelm what we fear when fear seems more awful than life is good."Andrew


Jakarta, Januari 2019

"Gue kira lo lupa punya teman gue," sindirku setelah berhasil memasang wireless earphone pada telinga kananku. Sudah hari Selasa dan Ghava baru menghubungiku setelah aku diamkan saja dirinya tanpa mengirimkan lelaki itu pesan singkat atau mengunjungi restonya sampai hari ini.

Lelaki di seberang sana berdecak. "Gue kan kelarin urusan gue dulu," sahutnya dengan berat hati.

Harusnya urusan yang dimaksud oleh lelaki itu sudah selesai jauh-jauh hari sampai akhirnya hari itu mereka bertemu lagi dan aku rasa itu bukan urusan yang belum selesai, hanya rasa penasarannya yang menguasai tindak-tanduk tanpa akal seperti pergi begitu saja meninggalkan orang yang sedang berbincang bersamanya di meja yang sama.

"Oh," ketusku dengan kesal sampai menekan tombol lock pada kunci mobilku dengan keras.

"Baru mau jalan?" suara lock mobilku sepertinya terdengar sampai ke seberang sana sampai lelaki itu bisa menebak dengan benar. "Tumben siangan?"

Ini sudah hampir jam 8 dan aku memang sedikit terlambat hari ini karena semalam aku sampai di apartemen sudah hampir pukul 11 malam dan masih harus mengerjakan sedikit pekerjaanku untuk meeting pagi ini jam 10 nanti. Kemudian aku terlambat bangun karena tidak terbangun untuk mematikan pendingin ruangan sebelum Subuh tadi, alhasil aku terlelap nyaman dibawah selimut tebalku.

"Oversleep," masih dengan nada ketus aku menjawab dengan satu kata saja. Terlihat kekanakan memang seusiaku ini justru sok-sok-an merajuk dengan bertingkah seperti sekarang, tapi karena ini pertama kalinya lelaki itu bertingkah yang aku pun tak pernah membayangkan kalau dia bisa melakukan hal seperti kemarin, dengan tujuan dan hasil yang aku bahkan tak ingin tahu.

Ghava sepertinya sadar kalau aku sedang kesal dengannya karena jawabanku yang singkat-singkat. "Lunch di Kokas yuk Gem siang ini?" ajaknya dengan nada biasa, ringan.

"Gue ada meeting," setidaknya yang ini tidak hanya satu kata, tapi nadaku masih kubuat ketus. Masih mending tak kubahas soal dia yang meninggalkanku ketika kami sedang makan malam, bahkan makanan sudah dipesan dan tiba di atas meja. Untungnya, yang sangat menguntungkanku adalah bertemu dengan Re untuk membantuku paling tidak menghabiskan seloyang pizza milik Ghava meskipun kami harus beberapa kali terlibat perdebatan kecil soal topik pembicaraan kami.

"Ya kan ada lunch break, Kokas nggak sampai 5 menit dari kantor lo."

Masih bertahan dengan nada ketus yang belum juga mencair mendengar nada halus Ghava seperti akan merayuku untuk tak lagi merajuk. Padahal dia bertanya saja tidak, bukannya juga aku menunggu permintaan maafnya untuk yang lalu, hanya memang aku saja yang masih kesal, It's completely an ego, I know she doesn't have to win, but she always wins the places no matter what, at least for now.

"Nggak bisa." Sudah mulai memasuki jalanan yang lumayan sudah padat, aku beberapa kali fokus ke arah depan untuk mencari celah menyalip. Aku memang terlambat tapi aku tidak seburu-buru, itu karena meeting masih di jam 10, that's mean I have two hours ahead to roll in at the meeting room. Tapi karena hari ini aku meeting hanya dengan tim-ku dan tim developer Gameart tanpa para boss-boss, setidaknya aku harus punya lima belas menit briefing dengan tim-ku sendiri sebelum bertemu tim lainnya. "Bakal sibuk banget gue hari ini," bukan hanya sekedar alibi tapi sepertinya akan seperti itu.

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now